Anggota Parpol Jadilah Contoh, Jangan Jadi Kompor

  • 12 Sep
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Pemilu serentak pada April 2019 nanti menjadi pemilu pertama di Indonesia, di mana pemilih akan memberikan pilihan pada lima surat suara. Yakni, presiden – wakil presiden, anggota DPR RI, DPD RI, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/ kota.

Saat Rapat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah dalam rangka Kesiapan Pemilu 2019 di Patra Convention Hotel, Rabu (12/9), Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono menyampaikan, banyaknya calon yang akan dipilih berpengaruh pada tingkat kerawanan yang lebih tinggi dibanding pemilu serentak sebelumnya. Pihaknya sudah memetakan, setidaknya ada delapan titik kerawanan. Mulai dari pendaftaran calon, penetapan calon, tahap kampanye, pemungutan suara, hingga pengesahan pasangan calon terpilih.

Titik rawan yang paling diwaspadai sebelum pemungutan suara, sambung Condro, adalah masa kampanye. Sebab, biasanya diwarnai gerakan antarpendukung yang arahnya seringkali negatif, money politic, dan black campaign yang mengangkat isu SARA dan hoaks. Apalagi yang disampaikan melalui media sosial.

“Yang paling dinamis, berpotensi ramai sekali adalah di media sosial. Setiap ada berita, komennya dari kelompok pemilih A dan B. Itu komennya macam-macam,” tuturnya.

Kapolda berpendapat, sangat berbahaya ketika akun-akun medsos tersebut mulai mengangkat isu SARA. Isu di medsos perlu diwaspadai para kapolres, dandim, bupati/ wali kota. Sebab, apapun kejadiannya bisa dipolitisasi dan kemudian diangkat menjadi isu SARA. Jika sudah terjadi, segera ambil langkah. Jangan sampai isu bergulir terus tanpa ada kejelasan statement dari yang bertanggung jawab.

“Suasana yang menghangat, jangan sampai membuat kita ikut terbakar. Kita harus menjadi cooling system, radiatornya. Dinginkan terus. Jangan sampai pilihan lima tahun sekali merusak silaturahmi, pertemanan dan persaudaraan,” ajaknya.

Cooling system tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara pemilu, aparat keamanan dan pemerintah. Tapi juga partai politik, pasangan calon, partai pengusung dan pendukungnya. Masing-masing bakal calon mesti menanamkan mental siap menang dan kalah.

“Statement-statementnya mendinginkan suasana. Kalau memanaskan, saya mohon tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, kita semua yang harus tidak kalah untuk mendinginkan. Media juga harus dukung,” pintanya.

Ditambahkan, tokoh agama, tokoh masyarakat, para pemimpin perlu membuat video pendek yang mengangkat isu kebhinnekaan, persatuan dan kesatuan. Video itu diunggah di media sosial untuk diviralkan.

Mantan wakil gubernur Jawa Tengah selaku tokoh masyarakat, Ali Mufiz menyambung, pemilu bukan persoalan hidup dan mati. Pemilu adalah persoalan linier untuk lima tahun yang akan datang. Karena itu, gagasan cooling system dari kapolda sangat diapresiasi. Dia juga berpesan agar para calon menunjukkan kesantunan, baik secara verbal maupun tulisan.

Senada disampaikan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP. Menurutnya statement tokoh-tokoh terpercaya yang menyejukkan suasana pemilu memang penting.

“Karena eranya sudah digital, statement satu menitan dari tokoh-tokoh itu betul. Kalau bisa dilakukan, bikin adem dan itu tidak hanya sekali,” katanya.

Melalui media sosial pula, penyelenggara pemilu maupun aparat keamanan dapat memantau isu lokal yang beredar. Isu-isu yang santer langsung bisa di-tracking dan dicari siapa pengunggah pertamanya. Dalam hal ini, peran tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda juga punya peran penting untuk memantau maupun mendinginkan suasana.

Ditambahkan, partai politik maupun anggota partai politik diminta Ganjar untuk menjadi contoh memelihara suasana damai. Tidak menjadi kompor. Jangan menggunakan pilihan kata yang negatif dalam menyampaikan sesuatu. Tapi sajikan data dan fakta dengan bahasa santum.

“Sebenarnya aktor utama (pemilu) parpol. Mari yang merasa anggota parpol jadi contoh. Tidak jadi kompor. Ada kalimat, metode dan alat yang bisa kita capai. Misalnya jangan langsung mengatakan kamu buruk. Tapi bisa digantikan kalimat lain, umpamanya menyajikan fakta dan data, sehingga kemudian bisa menjernihkan situasi,” jelas dia.

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait