Anggaran Pariwisata 2018 Meningkat 47 %

  • 09 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang –  Kekayaan alam, seni, dan budaya di setiap daerah di penjuru nusantara menjadi aset untuk pengembangan pariwisata nasional. Apalagi sektor pariwisata menjadi penyumbang devisa terbesar Indonesia, bahkan melampaui penerimaan sektor lainnya seperti gas dan minyak bumi.

“Pariwisata itu sebagai penghasil devisa negara utama di negeri ini, mengalahkan minyak dan gas bumi. Sektor yang lain juga berkembang, tapi pariwisata lebih menghasilkan devisa terbesar Indonesia,” ujar Sekretaris Kementerian Pariwisata Ukus Kuswara saat menjadi keynote speech Rapat Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L) Pagu Anggaran Kementerian Pariwisata TA 2018 di Hotel Gumaya, Rabu (9/8).

Ia menjelaskan, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018 menekankan pada sepuluh prioritas nasional, salah satunya sektor pariwisata. Oleh karena itu, pembangunan pariwisata 2018 diharapkan semakin mendorong investasi di tingkat daerah dalam rangka mencapai target pertumbuhan ekonomi.

“Kalau kita dorong pariwisata maka masyarakat akan bisa menikmati hasil pertumbuhan ekonomi itu, karena seluruh mata rantai pariwisata langsung rasakan oleh rakyat,” kata Kuswara.

Ia menyebutkan, pada 2018 target wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 17 juta orang dan wisatawan nusantara 270 juta orang. Jumlah tersebut meningkat dari 2017 yang tercatat 15 juta orang wisman. Sementara target 2019 sebesar 20 juta orang wisman. Dengan pencapaian tersebut devisa tertinggi berasal dari sektor pariwisata.

“Dan jangan heran kalau alokasi anggaran sektor pariwisata 2018 sebesar Rp 74 miliar atau meningkat 47 persen dari 2017 Rp 50,3 miliar,” sebutnya.

Tidak hanya itu, peningkatan juga terjadi pada dana alokasi khusus fisik bidang pariwisata. Yaitu dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan kewenangan daerah sesuai dengan program yang menjadi prioritas nasional 2017.

Pada 2017 dana alokasi khusus tersebut sebesar Rp 504 miliar yang diberikan kepada 261 daerah yang tersebar di 17 provinsi. Kemudian pada 2018, berdasarkan usulan dari 409 daerah di 19 provinsi mendapat anggaran sebesar Rp 15,3 triliun. Alokasi anggaran tersebut dapat meningkatkan daya saing destinasi wisata di daerah melalui peningkatan pariwisata.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP mengatakan, saat ini pariwisata sebagai sektor yang strategis dalam meningkatkan pendapatan daerah. Sehingga hampir semua daerah berupaya mengembangkan pariwisata dengan menggali berbagai potensi alam maupun budaya lokal yang ada.

Semua provinsi di Indonesia, imbuhnya, diharapkan berkomitmen dalam mengembangkan pariwisata dan investasi. Menggali potensi wisata daerah masing-masing untuk menarik wisatawan mancanegara supaya meninggalkan uangnya di Indonesia dengan berwisata.

“Sektor pariwisata tidak akan lekang dan tetap hidup apabila kita terus berkreasi dan berinovasi,” imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, Sekda juga mengajak sekitar 150 peserta rapat yang berasal dari berbagai provinsi se-Indonesia itu menyempatkan berjalan-jalan keliling Kota Semarang. Selain menawarkan berwisata ke kawasan Kota Lama dengan Gereja Blenduk yang berdiri megah di tengah ratusan bangunan peninggalan Belanda, Kelenteng Sam Poo Kong juga masuk destinasi yang layak dikunjungi.

Tidak kalah menarik adalah bangunan kuno Gedung Lawang Sewu yang berada tidak jauh dari pusat kuliner. Kemudian Masjid Agung Jawa Tengah dengan payung dan menara yang unik dan menarik, serta Vihara Buddhagaya Watugong.

“Sekitar 1,5 kilometer dari Simpang Lima ada pusat kuliner. Semua bisa membeli oleh-oleh khas Semarang seperti wingko babat, bandeng presto, serta lumpia yang sangat enak,” bebernya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait