Ajak “Nglarisi” Batik Lasem, Sandiaga Uno : Jangan Jadi “Rohali”, Tapi “Rojali”

  • 30 Jul
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Uno, mendukung langkah Pemprov Jateng mempromosikan UMKM batik di Lasem-Rembang. Ikhtiar itu dilakukan dengan peluncuran buku bertajuk “Memadukan Keberagaman : Dokumentasi Motif Modifikasi Batik Tulis Lasem”.
Buku ini tidak hanya memuat citra karya para pembatik Lasem secara fisik. Namun, di dalamnya dilengkapi dengan kode batang (barcode) yang ditautkan ke laman www.batiklasem.id. Di laman tersebut juga tertaut kontak 19 perajin batik, yang bisa dihubungi, jika berminat meminang produk mereka.
Lewat pantun jenaka, Menparekraf Sandiaga Uno mengajak untuk mencintai dan membeli produk batik Lasem.
“Batik Lasem terkenal dengan warnanya yang cerah, salah satu motifnya adalah watu pecah. Mari dukung perajin batik yang lama berkiprah, agar produksi batiknya semakin bergairah,” ujar Sandi melalui laman temu virtual, Jumat (30/7/2021).
Dikatakan Sandi, batik Lasem sudah memiliki tempat tersendiri di mata para pecinta batik. Motifnya mencerminnkan akulturasi Jawa, Tiongkok, Champa dan Belanda. Selain itu, kondisi geografis kecamatan di timur Rembang itu, menjadi nilai jual tersendiri.
“Langkah Pemprov Jateng dan Pemkab Rembang jadikan Rembang sebagai Kota Fashion dan Lasem sebagai Kota Pusaka kami dukung,” ungkap Sandi.
Oleh karenanya, dengan peluncuran buku ini dapat membawa batik Lasem ke kancah internasional. Selain itu, dengan inovasi-inovasi buku yang disertai dengan barcode, e-book dan sebagainya bisa mengenalkan batik Lasem ke generasi Z.
“Jangan hanya jadi Rohali (Rombongan hanya lihat-lihat), tapi jadi Rojali (Rombongan jadi beli). Kita beli dan pakai sendiri, hal kecil yang bisa angkat identitas bangsa di tengah globalisasi, digitalisasi, pandemi dan tantangan ekonomi,” ujarnya.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo berharap, upaya ini dapat berkesinambungan. Menurutnya, sentra batik di Jawa Tengah sangat banyak dan pantas untuk terus dikembangkan, serupa dengan batik Lasem.
“Menurut saya ini start yang luar biasa. Harapannya bisa dikembangkan di tempat lain, seperti batik Pekalongan, batik Solo. Atau berdasarkan wilayah, batik pesisiran bagaimana nilai historisnya,” jelasnya.
Menurut Atikoh, penggalian batik beserta modifikasi dan sejarahnya bisa menjadi warisan. Selain itu, upaya modifikasi penjualan batik di masa pandemi amat penting. Hal itu dapat dilakukan dengan variasi produk hingga mengajak Generasi Z untuk ikut memasarkan melalui media online.
“Ini bisa berfungsi sebagai legasi, dan upaya mengevaluasi perkembangan batik dan wastra nusantara di Jawa Tengah,” imbuhnya.
Atikoh juga mengucapkan apresiasi terhadap Sampoerna Untuk Indonesia (SUI) dan Business Export Development Organisation (BEDO) Bali, yang telah mendukung peluncuran buku tersebut.
Collaboration XZ
Selain peluncuran  buku  tentang batik Lasem, pada kesempatan tersebut juga dipaparkan tentang program bantuan kepada UMKM se-Jateng dan DI Yogyakarta. Program yang diinisiasi oleh Sampoerna Untuk Indonesia dan BEDO Bali itu, telah membantu menggenjot penjualan UMKM.
Koordinator program Collaboration XZ Muhammad Satria Nugraha menjelaskan, ada empat program yang dilakukan untuk mengungkit penjualan UMKM di masa pandemi.
Pertama mengolaborasikan UMKM sebagai generasi X dengan para generasi Z yang melek teknologi digital. Kedua, pembuatan buku motif modifikasi batik Lasem. Ketiga, ajang Hetero for Start Up dan pelatihan produk ready to wear bagi UMKM di Rembang.
“Hasil dari Collaboration XZ,  rata-rata mengalami kenaikan omzet 42,86 persen. Kenaikan follower Instagram 25,58 persen. Ada 16 Gen X (UMKM) yang bertransaksi  2.231 kali di marketplace dalam waktu tiga bulan. Dan beberapa Gen Z menjadi pemasar digital sebagai mata pencaharian,” urainya.
Sementara itu, ajang Hetero for Start Up telah menghasilkan tiga perusahaan rintisan asal Jateng. Mereka adalah Komerce, BSFLY.id, dan PT Sentra Solusi Automa.
Di sisi pelatihan UMKM Fesyen, hasilnya ada 14 UMKM yang memiliki rencana bisnis untuk bidang busana siap pakai. Selain itu, program ini juga memberikan manfaat pada pada guru dan siswa SMKN I Sedan-Rembang. Juga memberi manfaat pada tujuh anggota Rembang Fashion Community, dan tujuh anggota Koperasi Batik Rembang.
Kepala Urusan Eksternal PT HM Sampoerna Tbk Ishak Danuningrat mengatakan, UMKM menjadi kunci perbaikan ekonomi. Oleh karenanya, Collaboration XZ  merupakan inovasi untuk menggenjot penjualan sektor tersebut.
Dikatakan, Generasi X diwakili pengusaha UMKM yang berpengalaman tapi tidak akrab dengan teknologi digital. Sementara Generasi Z lekat dengan teknologi digital tetapi kurang pengalaman dan masih lemah daya juangnya.
Dengan kombinasi tersebut, keduanya diharapkan saling mengisi.
“Ini merupakan upaya perusahaan, bahu membahu pulihkan ekonomi dimulai dari UMKM,” pungkas Ishak. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait