“Aja Mung Nyambut Gawe”

  • 03 Apr
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Larut dalam pekerjaan, terkadang membuat seseorang lupa dengan diri maupun lingkungannya. Namun, jangan terlalu terlena dengan kondisi tersebut.

Hal itu diingatkan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS saat memberikan pengarahan pada acara Siraman Rohani di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah, Selasa (3/4). Menurutnya, bekerja dengan kinerja baik mutlak dilakukan. Tapi, keseimbangan hidup pun mesti terjaga.
Aja mung nyambut gawe. Keseimbangan juga dijaga. Jangan sampai kita bekerja, tetapi kita lupa akhirat,” tegasnya.
Ditambahkan, dalam kehidupan, sepertiga waktunya fokus pada kegiatan berkarya atau bekerja. Sepertiga lainnya digunakan untuk istirahat, sedangkan sisanya yang sepertiga untuk beramal dan beribadah. Dengan begitu, seseorang akan merasa lebih aman dan nyaman.
Menjelang puasa, Sekda juga mengingatkan agar semua keluarga besar Diskominfo membersihkan jasmani dan rohani. Tentunya, kinerja juga harus terus ditingkatkan.
Senada dengan Sri Puryono, Ustad Fachrurozi menerangkan, bekerja hendaknya diniatkan untuk beribadah. Karena dengan niat mencari ridho Tuhan, maka segala pekerjaan dapat dilakukan dengan hati yang berbahagia dan hasilnya akan memuaskan.
“Ketika kita berangkat ke kantor, membaca bismillah, kita niati sebagai ibadah, maka itu adalah wujud pengabdian kita kepada Allah SWT. Kalau bekerja kita niatkan ibadah, kita akan mencari ridha Allah SWT dan berusaha melakukan sebaik-baiknya. Allah SWT akan hadirkan rasa bahagia di hati kita,” terangnya.
Sebaliknya, kata Fachrurozi, ketika pekerjaan hanya dianggap sebagai beban, maka seseorang akan melakukan pekerjaan itu setengah hati. Sehingga dia hanya akan memupuk perasaan tidak nyaman saat bekerja.
“Kalau kita bekerja tidak diniati ibadah, maka hanya akan menjadi beban. Orang bekerja itu mengejar target, bukan dikejar target. Kalau kita merasa dikejar target, maka perasaan saat bekerja menjadi tidak nyaman,” tegas dosen IAIN Walisongo Semarang ini.
Fachrurozi menjelaskan, manusia sulit merasakan kebahagiaan apabila dia hanya terus-menerus melihat nikmat hidup yang diperoleh orang lain. Sehingga dia akan selalu membandingkan kondisi dirinya saat ini dengan kondisi orang lain dan jauh dari rasa syukur kepada Tuhan.
“Kenapa orang merasa tidak bahagia pertama? Karena orang itu selalu melihat nikmat orang lain, sehingga tidak pandai bersyukur kemudian suka mengeluh. Inilah lingkaran setan. Kalau ada perasaan seperti itu, maka dimanapun kita ditempatkan, di posisi apapun kita berada tidak akan pernah bisa bahagia,” pungkasnya.
Penulis : Ar, Humas Jateng
Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait