“Aja Kemproh Lho Ya…”

  • 30 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

Surakarta – Pasar Rejosari yang berlokasi di Kelurahan Purwodiningratan Kecamatan Jebres kini sudah berganti wajah. Tak tampak lagi sisi yang kumuh ataupun kondisi yang membahayakan pada bangunan pasar yang berdiri sejak 1976 itu. 

Saat Peresmian Pasar Rejosari oleh Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, Sabtu (30/12), Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta Drs Subagyo MM menuturkan, Pasar Rejosari kini telah selesai dibangun dan bisa dimanfaatkan pedagang secara gratis. Pembangunan pasar selesai setelah dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama pada 2016 menggunakan APBD Kota Surakarta sebesar Rp 4,7 miliar, dan tahap kedua menggunakan bantuan keuangan APBD Provinsi sebesar Rp 19,401 miliar.

“Pasar ini menampung 661 pedagang, yang terdiri 245 pedagang yang menempati kios, 210 pedagang menempati los, dan 206 berdagang di pelataran. Pedagang yang berjalan di pelataran, 138 di antaranya adalah hasil penataan PKL,” terangnya.

Bangunan megah dua lantai yang berdiri di atas lahan seluas 2.477 m2 itu, lanjut Subagyo, juga dilengkapi fasilitas ruang laktasi, koperasi, ruang kesehatan, musala, drainase, dan akses bagi difabel.

Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo mengingatkan Dinas Perhubungan dan juru parkir agar tegas menata parkir. Parkir tidak boleh melebar sampai jalan. Sehingga, tidak menimbulkan kesemrawutan.

“Jangan sampai kita dituntut gara-gara jalan untuk parkir. Tidak boleh lagi parkir di pinggir jalan. Semua parkir harus masuk kawasan pasar. Dishub, awal tahun dimonitor supaya jalan tidak semrawut,” tegasnya.

Pesan Wali Kota Surakarta didukung Gubernur Ganjar Pranowo. Menurutnya, parkir yang tertata merupakan salah satu faktor yang memunculkan kenyamanan berbelanja di pasar tradisional. Di samping itu, pedagang juga harus menjaga kebersihan.

Aja kemproh lho ya. Tenan lho niki. Awas nek kemproh. Sampah dikelola. Dodolane mangke nggih apik,” pintanya.

Ganjar berpendapat, pasar tradisional di Surakarta bisa mendapat tempat di hati wisatawan. Sebab, Kota Surakarta merupakan kota yang memiliki event wisata terbanyak di Indonesia. Apalagi, saat ini tren pasar modern sedang turun.

“Revitalisasi pasar tradisional ini langkah yang betul. Secara teori ekonomi manajemen, ini kurva kedua. Ketika yang lain surut, ini dibangunkan mulai sekarang. Sehingga nanti pada titiknya, pasar tradisional sudah siap,” katanya.

Siap dimaknai Ganjar dengan kondisi pasar yang tak lagi kumuh,  nyaman serta aman untuk berbelanja. Seiring dengan itu, pemerintah juga akan meningkatkan kapasitas pedagang, baik dari sisi skill, pendampingan maupun akses modalnya.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait