Waspadai Leptospirosis Saat Musim Hujan

  • 05 Feb
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Curah hujan yang tinggi menyebabkan masalah banjir di berbagai wilayah Jawa Tengah. Selain kerugian materi, ancaman merebaknya penyakitpun mengintai pasca banjir akibat genangan air. Salah satunya leptospirosis.

“Tak hanya DBD dan diare, leptospirosis juga sering muncul ketika banjir,” pesan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Dr Yulianto Prabowo MKes, saat dialig belum lama ini.

Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira sp yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini. Hewan pembawa leptospirosis tak hanya tikus, tapi bisa juga anjing, kucing, kambing, dan lainnya. Bakteri tersebut dapat bertahan hidup dalam hewan yang terinfeksi.

“Kotoran hewan pembawa bakteri leptospira bisa menyebar bersama banjir maupun lingkungan yang becek. Bakteri itu bisa masuk ke tubuh manusia melalui kulit yang terluka,” ungkapnya.

Ditambahkan, penyakit leptospirosis tak bisa dianggap remeh, karena bisa berakibat pada kematian. Untuk itu Yulianto meminta masyarakat lebih waspada dan melakukan upaya antisipasi. Khususnya, membiasakan memakai alat pelindung diri saat berada di daerah banjir atau becek, seperti menggunakan sepatu boots, sarung tangan karet, dan sebagainya.

“Bersihkan sampah di lingkungan, jangan sampai ada genangan. Kalau setelah aktivitas harus cuci tangan, mandi pakai sabun” pesannya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jateng Tatik Murhayati menambahkan, pada Januari lalu, kasus leptospirosis terjadi di 10 daerah. Yakni Kabupaten Banyumas, Kebumen, Demak, Karanganyar, Boyolali, Klaten, Purworejo, Brebes, Kota Semarang dan Tegal.

Dijelaskan, faktor risiko tertular leptospirosis pada orang dengan luka terbuka, lecet, kulit pecah, yang beraktivitas di air kotor atau becek, maupun bersentuhan dengan hewan sakit, tikus, bangkai. Termasuk, mereka yang tinggal di daerah rawan banjir, petani, pemulung, tukang sampah, dan lainnya.

Tanda awal yang dijumpai jika tertular leptospirosis, antara lain demam tinggi, menggigil, sakit kepala, muntah atau diare. Gejala itu ditambah dengan keluhan khas nyeri betis, ikterus (perubahan warna kekuningan pasa kulit atau mata).

“Penderita juga mengalami sesak nafas, gangguan ginjal akut, batuk dengan atau tanpa darah. Penyakit ini bisa berlangsung tiga hari sampai tiga minggu, atau bisa lebih lama jika tidak diobati. Tapi, hati-hati, segera periksa ke dokter jika menemui gejala itu, karena leptospirosis bisa berakibat pada kematian,” tegasnya.

Selain menggunakan alat pelindung diri saat berada di tempat berair, becek, atau temoat kotor, Tatik juga menyarankan agar luka dilindungi dengan penutup luka kedap air. Biasakan mencuci tangan dan kaki dengan sabun setelah dari tempat berair dan kotor.

“Yang perlu diingat juga, jangan membuang bangkai tikus sembarangan,” tandas dia. (Ic/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait