Virtual, Ulama dan Santri se-Jawa dan NTB Doa Bersama untuk Kemakmuran Pertanian

  • 19 Sep
  • bidang ikp
  • No Comments

GROBOGAN – Belasan santri di Pondok Pesantren Syafiiyah Desa Bandungsari, Kecamatan Ngaringin, Grobogan berkumpul melingkar di sebuah ruang kelas, Minggu (19/9/2021) malam. Dengan mengenakan masker dan jaga jarak, mereka mengikuti doa bersama dalam Majelis Dzikir Ats Tsawab.
Ponpes yang diasuh Kiai Ahmad Haris tersebut menjadi salah satu titik doa bersama dengan tema kemakmuran pertanian yang digelar secara virtual. Malam itu, ada sekitar 75 titik yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
“Kegiatan zikir dan doa bersama ini dilakukan selapanan (36 hari) sekali. Kali ini mendoakan semoga pertanian di desa kami dan secara umum di Indonesia agar berkah, terhindar dari hama dan panen melimpah,” ujar Kiai Ahmad Haris.
Di Ponpes yang dipimpinnya, ada sekitar 20 santri dan sejumlah petani sekitar yang mengikuti zikir dan doa bersama.
“Acara dilakukan secara daring. Di sini ada sekitar 20 santri dan beberapa petani. Semua sesuai prokes,” tambahnya.
Sementara salah satu pendiri Majelis Dzikir Ats Tsawab, Kiai Mahdun, menuturkan, majelis tersebut berdiri sejak Aguatus tahun ini. Namun, hingga saat ini sudah menyebar di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dan, sebagian sudah ada di Jawa Barat, Jawa Timur, serta NTB.
“Di Jateng sudah ada sekitar 65 titik, dan 10 titik ada di Jatim, Jabar, dan NTB. Ke depan akan terus bertambah,” ungkapnya.
Majlis Dzikir Ats-Tsawab, paparnya. diharapkan jadi embrionya ikatan majlis dzikir se-Indonesia.
“Tujuannya adalah bersatu padu, saling jaga dan saling bantu membantu dalam hal hablum minalloh dan hablum minannas. Shalih untuk diri sendiri dan mushlih untuk orang lain. Bersinergi dalam menjaga paham ahlussunnah wal jamaah. Syukur dapat meluas manfaat dalam hal pendidikan dan ekonomi,” tuturnya.
Salah seorang petani Desa Bandungsari, Suyatman mengaku, hasil panen kali ini sangat maksimal. Produksi jagung dapat terjual dengan harga Rp5.300 per kilogram.
“Kali ini panen jagung, hasilnya bagus dan maksimal,” jelasnya.
Di daerahnya pola tanamnya satu kali padi, dua kali palawija. Hanya, lahannya termasuk tadah hujan.
“Alhamdulillah pemerintah perhatian, karena pupuk mudah dan lancar. Hanya, kami usul kalau bisa dibuatkan mesin sedot air untuk pengairan,” tandasnya. (Wk/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait