Terlanjur Stunting Bisakah Diobati?

  • 14 Sep
  • bidang ikp
  • No Comments

BANYUMAS – “Anger bocah wis kadung kena stunting bisa ditambani apa ora (Kalau anak sudah terlanjur stunting, apa masih bisa diobati)?”
Pertanyaan itu mengemuka saat Sosialisasi Program Penanganan Stunting di Pendapa Pakasa, Cikakak Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (13/9/2022). Joharullah, warga Desa Cikakak Kabupaten. Banyumas, yang menyampaikan dengan dialek ngapaknya. Dia ingin tahu, apakah anak yang terlanjur kerdil, masih bisa dikoreksi.
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Banyumas Novita Sabjan, anak yang terindikasi stunting masih bisa ditangani, dengan catatan anak masih berusia di bawah lima tahun,  dan lebih efektif jika masih di bawah dua tahun.
“Masih bisa dikejar asupan gizinya dengan catatan anak di bawah lima tahun. Oleh karena itu kami gencar melakukan pendataan dan pemeriksaan di posyandu, untuk mendeteksi dan menanggulangi stunting,” ungkapnya.
Novita menambahkan, mengobati stunting bukan dengan obat, melainkan dengan asupan gizi tinggi protein. Asupan gizi itu bisa didapatkan, misalnya dengan mengonsumsi satu hingga dua butir telur setiap hari.
Ditambahkan, di Banyumas, kasus stunting paling banyak terdeteksi pada bayi usia 6-23 bulan, karena asupan gizi dari makanan pendamping ASI (MPASI) yang kurang memenuhi.
Lalu bagaimana dengan anak diatas umur lima tahun yang terdeteksi stunting? Walaupun sudah terlambat, Novita menyampaikan agar anak tetap diberikan asupan bergizi tinggi, dan suplemen atau vitamin yang dapat merangsang otak.
Pentingnya nutrisi untuk mencegah stunting pun diamini Sekretaris BKKBN Perwakilan Jawa Tengah Sri Rahayu. Dia mengimbau agar masyarakat membiasakan diri untuk sarapan, sebagai pemenuhan gizi harian, terutama mencegah anemia bagi remaja putri.
Para remaja putri juga diimbau untuk mengonsumsi pil “cantik” atau pil penambah darah ketika menstruasi, untuk mencegah kekurangan darah.
“Remaja perempuan yang sehat sangatlah penting, karena nanti merekalah yang akan mengandung para generasi muda yang unggul bebas stunting,” jelas Yayuk, sapaannya.
Masyarakat, imbuhnya, bisa saling Jogo Tonggo, saling mengirimi bahan makanan yang bergizi kepada tetangga. Apalagi sekarang harga bahan makanan serbanaik, sehingga diperlukan guyub antarwarga. Warga bisa iuran untuk anggaran bahan makan bersama.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah Riena Retnaningrum menuturkan, sinergi antarlembaga dan masyarakat tak henti-hentinya digaungkan,  untuk mencegah stunting di Jawa Tengah. Pihaknya berupaya menyosialisasikan pencegahan stunting dengan berbagai cara, termasuk menggunakan media tradisional atau pertunjukan rakyat, seperti yang dilakukan malam itu. Dengan menggunakan bahasa lokal, diharapkan masyarakat lebih mengerti pesan yang disampaikan.
Dalam kesempatan itu, Riena mengajak warga Banyumas yang hadir, untuk menjadi agen yang meneruskan edukasi-edukasi tentang pencegahan stunting.
“Marilah kita bersama mencegah stunting, saling Jogo Tonggo, bersinergi, dan berdialog menyampaikan pesan baik, agar generasi-generasi muda kita terbebas dari stunting,’ jelasnya. (Ic/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait