Tekan Demam Berdarah Saat Pandemi, Jateng Andalkan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik

  • 09 Feb
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat diimbau tetap waspada terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD). Pasalnya, hingga akhir 2020, sudah ada 5.678 kasus, di mana 107 orang penderitanya meninggal dunia. Pengawasan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) digalakkan untuk membasmi jentik nyamuk Aedes aegypti.

 

Hal tersebut diungkapkan Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Rahmah Nur Hayati , saat dikonfirmasi Selasa (9/2/2021). Menurutnya, kewaspadaan terhadap DBD mutlak dilakukan, mengingat saat ini sudah memasuki musim hujan.

 

“Kewaspadaan yang perlu dilakukan adalah dengan memperhatikan kebersihan lingkungan. Menguras tempat yang bisa menimbulkan genangan air, tutup tampungan air, lihat air di kamar mandi ada jentiknya tidak,” ujarnya.

 

Ditambahkan, sebelum masa pandemi, tugas pengamatan jentik nyamuk diserahkan kepada kader jumantik. Mereka berkeliling untuk memeriksa jentik dari rumah ke rumah. Namun, dengan adanya pembatasan mobilisasi selama Covid-19, G1R1J menjadi alternatif pilihan. Gerakan tersebut adalah memilih seorang anggota keluarga di rumah untuk mengawasi jentik, dan menggunakan media sosial untuk dilaporkan secara berjenjang sebagai laporan

 

“Gerakan itu (G1RIJ) kita maksimalkan, apalagi di musim pandemi tidak memungkinkan bagi orang lain masuk (ke rumah) untuk melakukan observasi,” jelas Nur Hayati.

 

Ia mengatakan, dengan gerakan itu anggota keluarga diharap mampu mengetahui detil terkait tampungan air. Dengan begitu, dapat meminimalisasi gigitan nyamuk.

 

Berdasakan angka kasus, ada enam wilayah di Jateng yang endemis DBD. Di antaranya,  Cilacap 501 kasus,  Banyumas  378 kasus,  klaten 371 kasus. Kabupaten Tegal 371 kasus, Kota Semarang 320 kasus, dan Brebes  282 kasus.

 

Nur Hayati membeberkan, jumlah kasus DBD pada 2020 menurun, dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2020 tercatat  5.678 kasus, di mana 107 orang di antaranya meninggal dunia. Sedangkan pada 2019, ada  9.081 kasus, dengan 126 kasus meninggal dunia (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait