Tak Sekadar Keras, Tapi Butuh Bahasa Jiwa

  • 14 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG– Menggenakan baju Korpri lengkap, satu-persatu dari 39 peserta  perwakilan SKPD Provinsi Jawa Tengah dan instansi vertikal maju ke depan panggung. Dengan lantang mereka mengucapkan Panca Prasetya Korpri di Gedung B Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Kamis (14/11/2019).
Awalnya, seluruh peserta tampil lancar dan percaya diri. Namun di tengah jalan, tak sedikit yang tiba-tiba langsung terdiam atau mulai terbata-bata, berusaha  mengucapkan dan mengingat lima sumpah yang tertuang dalam lima janji anggota Korpri itu.
Hingga saatnya nomor Yayan Arum perwakilan dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah dipanggil. Dengan yakin, optimis dan tenang Yayan mengucapkan Panca Prasetya Korpri dengan lancar.
Yayan tak menampik jika sempat grogi dan deg-degan ketika naik ke atas panggung dan mengucapkan Panca Prasetya Korpri di depan para juri dan peserta lain. Namun berkat latihan dan persiapan yang matang selama dua hari terakhir, Yayan mampu melewati itu semua.
“Pastinya deg-degan. Tapi karena sudah persiapan dan hafal, jadi alhamdulillah lancar. Cara saya melawan grogi diatas panggung anggap saja tidak ada yang nonton. Anggap seperti latihan saja,” ujarnya.
Persiapan yang matang dan hafal pun menjadi kunci bagi Perwakilan dari RSJD Surakarta Karsidi tampil meyakinkan dan mulus diatas panggung.
Ia pun menambahkan hafal saja tidak cukup jika tidak dibarengi mental yang kuat ketika maju di depan orang banyak.
“Kalau tidak terbiasa dan tiba-tiba di tengah jalan lupa, maka akan blank semua jika tidak punya mental yang kuat,” akunya.
Yayan dan Karsidi menilai positif lomba yang diadakan rutin tiap tahunnya  ini untuk selalu mengingatkan para ASN untuk selalu memegang teguh semangat panca prasetya. Selain itu juga untuk memupuk dan meningkatkan patriotisme, kesetiaan dan komitmen para ASN. Tak hanya dihafalkan di lisan tapi ditanamkan di jiwa raga.
Tak heran penampilan Yayan dan Karsidi memukau para juri dan peserta yang hadir sehingga memosisikan diri menjadi juara I kategori putri dan putra.
Ketua Dewan Juri Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unnes Sendang Mulyono menyampaikan hal yang dinilai dalam lomba ini adalah intonasi, penampilan dan penjiwaan.
Ia mengungkapkan ketika mengucapkan sumpah, yang perlu diperhatikan adalah vokal. Bukan sekadar keras, tapi harus memperhatikan intonasi atau bahasa jiwa.
Sendang pun menekankan, sumpah panca prasetya penting untuk diamalkan dan dihayati agar tertanam di jiwa tiap ASN untuk taat kepada negara.
“Sumpah ini penting untuk diamalkan dan dihayati. Agar tertanam di jiwanya untuk taat kepada negara,” ujarnya.
Pada kesempatan yang bersamaan, juga diselenggarakan lomba mengucap Pembukaan UUD 1945. Jika pada setiap upacara, UUD 1945 dibacakan, kali ini peserta mesti menghafal, dan melafalkan dengan tepat.
Meski seringkali didengar, tetap saja masih ada peserta yang macet di tengah jalan. Ada pula yang nekad melanjutkan pengucapan tanpa sadar jika ada kata yang keliru maupun  kalimat yang tak lengkap. Ada pula yang membaca bak orang bercerita.
Juri lomba Endang Dyah Wardani yang juga Kepala SMAN 13 Semarang menjelaskan, mengingat yang diucapkan adalah dokumen negara, intonasinya mesti tepat. Tidak menyentak, tidak pula seperti mendongeng.
“Dibaca tegas dan jelas, tapi tidak menyentak-nyentak. Jangan hanya teriak,” tegasnya.
Pada kategori lomba mengucap UUD 1945, juri Endang, AT Sugeng Priyanto (Dosen FIS Unnes), dan Sutji Harijanti (SMAN 5 Senarang, memutuskan Rieka Hapsari (Diskominfo Jateng) dan Hary Purwantono (BKD Jateng) dinobatkan sebagai Juara I kategori putri dan putra. (Ic/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait