Tahan Kantuk Demi Nonton Bareng Layar Tancap

  • 19 Jun
  • bidang ikp
  • No Comments

SLAWI – Pertunjukan kesenian di Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, bukan hal asing bagi warga setempat. Apalagi, dalang Suket Ki Slamet Gundono yang kini telah tiada, telah menghibahkan rumahnya untuk kegiatan kemasyarakatan, terutama kegiatan seni. Sehingga, anak di desanya selalu bahagia dan percaya diri.

Namun, bagaimana jika pertunjukan rakyat dipadukan dengan nonton layar tancap? Ternyata, respons warga pun luar biasa. Seperti saat Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan Nonton Bareng Layar Tancap dan Pertunjukan Rakyat, yang di gelar di depan rumah Almarhum Dalang Suket Ki Slamet Gundono, Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Senin malam (17/6/2019). Warga berbondong-bondong memenuhi halaman rumah tersebut.

Film yang diputar malam itu produksi sineas Tegal, Wicaksono Wisnu Legowo yang berjudul “Undar” dan “Turah”. Film Undar menceritakan tentang situs purbakala di Desa Semedo, Kecamatan Kedung Banteng, sedangkan Film Turah menceritakan tentang kehidupan masyarakat di Kampung Tirang, Tegal yang terisolasi sehingga mengalami problematika.

Selain film, masyarakat juga dihibur tim kesenian Desa Kepunduhan, Kecamatan Kramat yang menampilkan cerita tentang kegigihan seorang gadis bernama Putri Ayu, yang tidak terpengaruh oleh harta dan tahta. Walaupun banyak pria kaya dan punya jabatan yang datang melamarnya, putri Ayu tidak mau, karena dia mau mencari pengalaman dan wawasan, supaya bisa menjadi wanita yang mempunyai bekal untuk mendidik anak-anaknya kelak. Pada cerita itu disisipi lawakan dari para pemainnya sehingga membuat penonton tertawa.

Sutinah (57) warga Dukuhsalam merasa senang dan terhibur dengan pertunjukan semacam ini, terlebih adanya layar tancap.

Mriki sering wonten acara kayak niki, tapi layar tancep dereng nate (di sini sering ada acara pertunjukan seni, namun untuk layar tancap belum pernah ada),” ungkapnya.

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga antusias menonton. Aini (6) terlihat tertawa lepas jika melihat adegan lucu, meski dia sebenarnya mengantuk. Heliza (36) sang ibu menjelaskan kalau sebenarnya Aini sudah mengantuk, tapi tetap ngotot nonton dan tidak mau diajak pulang.

“Sebenarnya ya ngantuk, tapi karena dia senang, ditahan ngantuknya dan tidak mau pulang,” jelasnya.

Sekretaris Diskominfo Jateng Ratna Dewajati menyampaikan, media baik televisi dan radio, diharapkan menayangkan konten yang lebih mendidik dan berkearifan lokal. Sehingga, masyarakat Indonesia lebih mencintai kebudayaan tradisional.

“Kondisi saat ini dimana kebudayaan tradisional sudah terkikis oleh modernisasi. Masyarakat lebih menyukai budaya asing yang sekarang banyak ditayangkan di berbagai media. Karenanya, diperlukan peran Pemerintah Daerah melalui radio dan televisi untuk menyiarkan dan menayangkan konten yang berisi informasi, pendidikan dan berkearifan lokal dalam berbagai aspek kehidupan khususnya aspek budaya,” jelasnya.

Ratna berpesan kepada masyarakat Tegal untuk lebih selektif dalam memilih tontonan terutama buat anak-anak. Karena secara tidak sadar banyak tayangan di televisi yang memberi pengaruh buruk.

“Kita harus cerdas dalam memilah dan memilih tayangan serta konten yg sehat khususnya kepada anak-anak. Banyak tayangan yg berpengaruh negatif dari televisi seperti kekerasan atau hal-hal yang sebenarnya tidak layak ditonton oleh anak-anak. Kita harus mewaspadai tontonan anak-anak kita,” imbuhnya.

Sejalan dengan hal itu, Bupati Tegal Umi Azizah menyampaikan, pada era disrupsi digital saat ini, menyajikan tayangan yang tidak menimbulkan disintegrasi bangsa, menjadi tanggung jawab semua pihak, terutama lembaga penyiaran publik.

“Di era disrupsi digital saat ini, ayo kita bersama sama bangun sistem penyiaran publik yang bertanggung jawab. Hindari penyiaran publik yang mengandung hoaks dan ujaran kebencian, sebab berita bohong akan menimbulkan perpecahan,” jelas Umi.

Ditambahkan, lembaga penyiaran publik tidak hanya sebagai hiburan. Melainkan juga menayangkan konten yang mengedukasi masyarakat dan melakukan kontrol sosial.

“Lembaga Penyiaran Publik jangan hanya menjadi tontonan, tapi harus menjadi tuntunan. Hindari S4 (SARA, sadis, seram, saru) yang bisa menimbulkan kegaduhan,” tandasnya. (Di/ Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait