Sumpah Pemuda, Momentum Generasi Muda Jateng Tetap “Survive” di Masa Pandemi

  • 28 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2020 menjadi momentum sejumlah kalangan generasi muda di Jawa Tengah untuk tetap survive di tengah pandemi Covid-19. Bahkan mereka mampu membuka peluang lapangan kerja bagi sesama.
Dessy Arfita, seorang desainer muda membuka usaha fesyen sejak awal pandemi, enam bulan lalu. Kini, ia memiliki beberapa karyawan untuk memproduksi desain fesyen di rumahnya Jalan Zebra Raya I nomor 2 Pedurungan Kidul, Kota Semarang.
“Usaha fesyen ini memang karena keluarga saya yang suka di dunia fesyen. Saya mulai buka jasa desain dan berproduksi sejak enam bulan lalu,” ujarnya, saat dijumpai di rumahnya, Selasa (27/10/2020).
Kemampuannya mendesaian pakaian itu didapat dari mengikuti sekolah desainer di Kota Semarang. Saat ini, ia tengah mengembangkan fesyen daily outfit, kasual ala anak muda. Namun, ada juga beberapa model gaun dan kebaya.
“Saat ini ada tujuh karyawan di sini. Kami promosi lewat media sosial dan pasar online untuk jangkauan seluruh Indonesia. Untuk pesanan paling jauh datang dari Bali,” imbuhnya.
Baginya, pemuda saat ini jangan pernah takut ambil keputusan. Sebab, menurutnya, berawal dari hobi bisa menjadi hoki.
“Kalau menurut saya, sumpah pemuda itu menjadi moment. Jangan takut ambil keputusan. Berawal dari hobi bisa menjadi hoki,” tuturnya.
Berbeda lagi dengan Ririn Maulida, yang harus menerima kenyataan pahit setelah di-PHK perusahan konveksi tempatnya bekerja, karena pandemi. Namun, itu tak menyurutkan semangat hidupnya. Gadis asli Desa Truko, Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal ini kemudian merintis usaha tas yang diberi nama “Griya Tas Kendal”.
“Saya pernah jadi admin di perusahaan konveksi. Setelah di-PHK saya buka usaha sendiri. Caranya saya promo di media sosial dan bekerja sama dengan beberapa penjahit tas,” katanya.
Baru beberapa bulan ini, usahanya sudah mendapat orderan cukup banyak.
“Cukup banyak, tapi tidak seperti sebelum pandemi. Yang penting menjadi pemuda itu harus kreatif agar tetap survive dalam situasi apapun,” terangnya.
Hal serupa juga dilakukan Dwi Kusumo Aji, warga Mangunharjo, Tembalang, Kota Semarang. Ia membuka kedai kopi yang dinamai “Kedai Nyamin”.
“Sudah berjalan sembilan bulan ini. Saya memang ingin mandiri. Sempat bekerja ikut orang tapi itu buat saya mencari modal untuk buka usaha sendiri,” ungkapnya.
Menurut Dwi, pemuda itu harus mampu mengambil kesempatan. Selain itu, dapat bermanfaat bagi orang lain.
“Kalau ada kesempatan, jangan disia-siakan, dan bisa memberi manfaat bagi yang lain,” tandasnya. (Wk/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait