SMKN Jateng, Upaya Nyata Entaskan Kemiskinan

  • 20 Mar
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus melakukan keroyokan untuk mengentaskan kemiskinan. Salah satunya melalui bidang pendidikan, dengan mendirikan SMK Negeri Jateng.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Sulistyo menyampaikan SMKN Jateng adalah sekolah negeri yang dirintis Pemprov Jateng bagi siswa kurang mampu. Sehingga mereka dapat mengenyam pendidikan di sekolah kejuruan, mempersiapkan agar alumnusnya siap kerja.

Ditambahkan, ada tiga kampus SMKN Jateng. Yaitu di Semarang, Purbalingga, dan Pati. Berbeda dengan sekolah lain, SMKN Jateng dikhususkan bagi mereka yang tidak mampu, dengan prestasi akademik yang tentunya bagus.

“Kalau di SMKN lain dicari siapa yang agak kaya biar bisa nyumbang yang banyak. Kalau di SMKN Jateng dicari yang paling miskin. Misalkan poin seleksi sama, maka dicari yang paling miskin,” ungkapnya, saat dialog interaktif di Studio Mini Kantor Gubernur Jawa Tengah, Selasa (19/3/2019).

Mengingat daya tampung yang terbatas yaitu dengan kapasitas 24 siswa per kelas, terang Sulistyo, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dilakukan lebih awal mulai 1 Maret 2019, dan diumumkan sebelum PPDB SMAN/SMKN reguler. Sehingga, siswa yang tidak diterima, dapat mendaftar di sekolah reguler.

“Harapannya ketika anak dari keluarga miskin tidak bisa diterima di SMKN Jateng, mereka bisa mengikuti PPDB di SMK lain, bahkan kalau benar-benar miskin akan kita gratiskan” imbuhnya.

Kepala Sekolah SMKN Jateng Semarang Yudi Wibowo menjelaskan, pendaftaran dilakukan secara online. Peserta mengirimkan berkas-berkas yang menunjukkan berasal dari kurang mampu, tidak hanya SKTM, melainkan bukti fisik seperti kondisi foto rumah tempat tinggal. Proses seleksi dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama seleksi administrasi, kedua tes potensi akademik, ketiga meliputi tes kesehatan, psikotes, kebugaran dan wawancara.

Tahap terakhir, katanya, adalah home visit, di mana tim akan turun langsung mengunjungi rumah untuk melihat kondisi tempat tinggal calon siswa. Hal itu untuk memastikan siswa yang diterima betul-betul dari keluarga tidak mampu.

Yudi menambahkan, pihaknya menerapkan dua kurikulum pembelajaran, yakni reguler dan khusus. Kurikulum khusus itu yang fokus pada pengembangan karakter.

“Ada pamong (instruktur) yang berbasis militer, psikolog dan agama. Jujur, disiplin, patuh pada aturan, dan tanggung jawab, inilah yg dicari perusahaan,” jelasnya.

Menjadi Kepala Sekolah di SMKN Jateng, Yudi merasa adanya kepuasan tersendiri jika mereka lulus dan membantu menaikkan derajat siswa. Dengan begitu, dapat memutus mata rantai kemiskinan di provinsi ini. (Hi/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait