Sampah Diapers dan Pembalut Wanita pun Bisa Jadi Media Tanam

  • 03 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Selama ini, plastik menjadi primadona sampah yang digembar-gemborkan untuk diatasi dan dicari jalan keluarnya. Namun tahukah anda bahwa ada sampah berbahaya yang mengintai dan sama daruratnya?
Relawan  Forum Komunikasi  Relawan Lintas Komunitas Kabupaten Semarang Yoyok menyampaikan, popok sekali pakai (diapers) dan pembalut wanita mesti diwaspadai. Terlebih, belakangan ini semakin banyak pengguna diapers, baik bayi maupun lanjut usia.
Ditambahkan, dengan bahan pokok 55 persen plastik, dibutuhkan waktu lama untuk terurai. Bahkan penguraiannya bisa 20-35 tahun. Selain susah diurai, diapers dan pembalut  mengandung senyawa kimia Super Absorbent Polymer (SAP) sebanyak 42% yang akan berubah bentuk menjadi gel saat terkena air. Apabila terurai dalam air, zat kimia ini dapat berbahaya bagi lingkungan. Senyawa ini dapat menyebabkan perubahan hormon pada ikan.
Diakui, untuk mengurangi penggunaan diapers dan pembalut wanita tidak mudah. Namun, menurut Yoyok, tak banyak orang yang mengerti jika sampah tersebut bisa diolah. Untuk itu, ia dan para relawan terus berupaya mengedukasi masyarakat agar tak sekadar memakai popok sekali pakai dan pembalut wanita, tapi juga dapat mengolah.
Yoyok menerangkan, gel yang ada di dalam diapers dan pembalut wanita  dapat di gunakan untuk menampung air yang disiramkan agar tanah tidak cepat mengering. Sehingga dapat mengurangi intensitas penyiraman karena air akan tertampung oleh gel dan dialirkan secara perlahan.
Gel itu, bebernya, juga bisa diolah menjadi pupuk cair dan media tanam. Caranya, dengan mencampur gel dari diapers atau pembalut dengan air kelapa dan EM4 (Effective Microorganism 4) dalam ember. Selanjutnya, tutup ember dan simpan selama 15 hari. Setelah itu gel dapat dijadikan media tanam dan pupuk cair. Hasil fermentasi dari diapers dan pembalut wanita tidak berbau busuk tapi berbau asam.
“Tak ada sampah yang tak bisa diolah. Semua bisa, seburuk apapun sampah itu,” lanjutnya ketika memberikan masukan dalam Rapat Persiapan Kongres Sampah, di Kantor Dinas PUBMCK Provinsi Jawa Tengah, baru-baru ini.
Yoyok pun menghimbau agar masyarakat tidak membuang diapers dan pembalut sembarangan seperti di sungai yang dapat mencemarkan air sungai dan biotanya, atau di kloset yang justru bisa membuat mampet. Dia menyarankan agar kedua sampah itu tidak dibuang, tapi disimpan dan dikumpulkan di suatu wadah. Setelah itu, kader PKK dapat memrakarsai dengan  mendaur ulang diapers dan pembalut tersebut. Jika tidak sempat, sebelum dibuang ke tempat sampah, lapisan plastik pada diapers atau pembalut sebaiknya dipisahkan dari gelnya. Kemudian buang lapisan plastiknya di tempat sampah anorganik agar dapat diolah kembali.
Tak hanya Yoyok, menggolah popok dan pembalut pun diupayakan oleh Ketua Karang Taruna Unit Pengolahan Sampah Desa Kandangan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, Ngadiyono. Dia menggolah diapers dan pembalut wanita menjadi pupuk cair untuk tanaman anggrek. Selain itu, dia juga menggerakkan warga di desanya untuk memilah sampah organik dan anorganik.
Sampah plastik dipilah lagi menjadi plastik nonekonomis dan ekonomis. Plastik nonekonomis yang tidak memiliki nilai jual diolah menjadi paving. Sementara yang memiliki nilai ekonomi diubah menjadi kerajinan tangan, dijual ke pengepul atau bank sampah. Sedangkan sampah organik diolah menjadi maggot (belatung) untuk pakan ayam.
Ngadiyono mengaku antusiasme masyarakat desanya dalam mengolah sampah cukup tinggi. Bahkan ada dusun lain yang sengaja datang untuk belajar cara mengolah sampah yang ada di desanya. Tak heran jika desanya dijadikan percontohan pengolahan sampah.
“Senang sekali antusias masyarakat dalam mengolah sampah sangat tinggi. Karena kesadaran akan sampah bermula dari diri sendiri dan lingkungan terdekat,” tandas Ngadiyono.
Sebagai informasi, Kongres Sampah Tingkat Provinsi Jawa Tengah akan digelar 12-13 Oktober mendatang, di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Sejumlah pihak mulai akademisi, pengusaha, media, masyarakat, dan pemerintah, dilibatkan untuk membahas permasalahan sampah beserta alternatif solusinya. (Ic/ Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait