“Rubah di Selatan” Hangatkan Panggung Jazz di Atas Awan

  • 17 Sep
  • bidang ikp
  • No Comments

BANJARNEGARA – Rubah di Selatan, memberikan suguhan berbeda di panggung Jazz di Atas Awan dalam gelaran Dieng Culture Festival (DCF) 2020. Kelompok musik asal Yogyakarta itu memadukan unsur musik dengan visual art.

 

Suara musik eksperimental bernuansa etnik menjadi pengantar personel Rubah di Selatan muncul di atas panggung. Melinda (vokal), Ronie Udara (perkusi), Gilang (gitar, vokal latar), dan Adnan (keyboard) berjalan bergantian di tengah redup cahaya lighting, membawa penonton semakin penasaran.

 

Ritme musik yang semakin meninggi ditambah suara lengking Melinda menjadikan suasana menghangat di tengah hawa dingin bebukitan Dieng, Rabu (16/9/2020) malam. Bukan hanya Rubah di Selatan yang malam itu perform, sebelumnya ada Kaliasa, band beraliran jazz asli Dieng menjadi pembuka.

 

Gilang, pemetik gitar Rubah di Selatan mengaku terkesan bisa berkesempatan manggung di DCF, meski disiarkan secara virtual.

 

“Ini kali pertama main di DCF, dan ini luar biasa. Dinginnya melebihi saat kita main di Eropa. Ya, meski virtual, tapi ini luar biasa,” ujarnya usai manggung.

 

Menurutnya, persiapan tampil di DCF 2020 tergolong singkat, karena selama pandemi para personelnya sibuk di rumah masing-masing.

 

“Persiapannya sangat singkat. Ini baru pertama pentas lagi setelah adanya pandemi. Tapi ini seru banget,” paparnya.

 

Adnan, sang keybordis menambahkan, DCF kali ini momentum mempersatukan Rubah di Selatan kembali.

 

“Iya, DCF ini momentum mempersatukan kami kembali. Dari kota domisili masing-masing, kembali latihan dan manggung di sini,” tuturnya.

 

Sementara, Melinda dan Ronie Udara memuji persiapan panitia terkait protokol kesehatan.

 

“Semua disiapkan dengan baik. Semua yang hadir pakai masker. Tadi kita juga diperiksa kesehatan saat datang ke sini. Jadi kita merasa aman,” ungkap Melinda.

 

Rubah di Selatan merupakan band yang terbentuk 2015 silam. Dalam bermusik, mereka memadukan unsur musik dan visual art. Itu berdasar atas latar belakang personelnya.

 

“Dua personel lulusan etnomusikologi dan dua lainnya seni rupa. Jadi kami sadar pentingnya visual art di atas panggung,” imbuh Melinda.

 

Salah seorang penonton undangan, Andi menilai, Rubah di Selatan mampu memberikan suguhan musik yang berbeda.

 

“Mereka punya identitas. Bukan hanya musik sebagai bunyi, tetapi juga pertunjukan. Ini menarik,” tandasnya. (Wk/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait