Rela Datang dari Pemalang untuk Berburu Lopis Raksasa

  • 12 Jun
  • bidang ikp
  • No Comments

PEKALONGAN– Penasaran dengan keberadaan lopis raksasa dan bagaimana rasanya, membuat bocah asal Pemalang, Ridho Pamungkas (10), singgah ke Krapyak Lor Pekalongon Utara dalam tradisi Syawalan, Rabu (12/6/2019). Mengajak ibu dan kakaknya, Ridho yang sedang liburan sekolah itu pun akhirnya dapat mencicipi lopis setinggi dua meter tersebut.

“Rasanya enak, Ridho suka,” selorohnya sambil tersenyum setelah mencicipi sesuap lopis yang diambilkan oleh ibunya, Robiatul Adawiyah.

Walaupun harus berdesak-desakan dengan banyak orang, Robiatul Adawiyah mengaku ketagihan untuk datang lagi tahun depan karena suasana Syawalan yang khas di Krapyak Lor.

“Tahun depan pingin datang lagi, soalnya unik dan meriah,”imbuhnya.

Tak hanya Ridho yang tertarik datang, ribuan warga dari penjuru daerah memadati gang Krapyak Lor, dan berbondong-bondong untuk menikmati lopis raksasa yang telah menjadi tradisi di Krapyak tiap Syawalan sejak 1955.

Warga Krapyak pun mendapat rejeki lebih dengan menjual lopis dengan ukuran biasanya untuk oleh-oleh. Salah satunya adalah Misriah (65) yang hanya menjual lopis tiap Syawalan.

Alhamdulillah ada acara ini jadi berkah. Bisa memperkenalkan lopis ke banyak orang dan dapat rejeki tambahan,” ungkapnya.

Dengan resep turun-temurun, lopis buatan Misriah digemari oleh para pengunjung. Dengan membanderol harga 6.000 per lopis, sehari Misriah dapat menjual 300 lopis. Dalam pembuatannya, wanita itu mengaku tidak terlalu menemui kesulitan. Cukup sehari ia dapat membuat 300 lopis.

Koordinator pelaksana Muhammad Fachrudin (45) menuturkan lopis raksasa dengan diameter 1,8 meter serta membutuhkan ketan super sebanyak enam kuintal tersebut memang khusus dibuat warga Krapyak untuk menjamu tamu yang hadir. Dengan lopis ukuran tidak biasa itu Fachrudin berharap dapat menarik perhatian para generasi muda untuk melek budaya dan tertarik dengan lopis.

“Mengapa tiap tahun kami membuat lopis yang tidak biasa karena kami ingin memperkenalkan kepada masyarakat luas dan melestarikan budaya lopis di Syawalan ini agar masyarakat khususnya generasi milenial tertarik, ” jelasnya.

Fachrudin menambahkan lopis raksasa tersebut dibuat gotong-royong oleh sekitar 120 remaja Krapyak, yang  proses pembuatannya membutuhkan waktu tiga hari tiga malam, dimulai dua hari setelah Lebaran.

Kelezatan lopis dari Krapyak lor pun diakui oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Setelah memotong lopis super tersebut, Ganjar langsung mencicipi sesuap dan memuji lopis buatan warga Krapyak tersebut. Gubernur meminta masyarakat dapat belajar mengenai makna persatuan dan saling memberi dari lopis.

“Hari ini bangsa Indonesia perlu belajar dari lopis yang ada di Krapyak ini. Agar masyarakatnya kental, kuat, tidak bisa terpecah belah, mengikhlaskan diri serta berbagi,” tandas Ganjar. (Ic/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait