Perhatikan “KLIK” Sebelum Membeli Produk Pangan

  • 27 May
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Masyarakat diminta tak tergiur potongan harga bahan pokok yang ditawarkan di berbagai tempat. Meski dijual dengan harga lebih murah, warga tetap dituntut teliti sebelum membeli.

Pada Dialog Interaktif Ketersediaan Stok Pangan dan Stabilitas Harga Jelang Ramadan 1438 H yang diselenggarakan di Studio Mini Kantor Gubernur Jawa Tengah, Jumat (26/5), Kepala Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Semarang Dra Zeta Rina APT MKes mengakui, saat Ramadan banyak stok makanan dan minuman yang dikeluarkan. Kondisinya pun bisa beragam, mulai dari yang kondisinya baik, kemasan rusak, hingga kedaluwarsa.

Untuk itu, dia mengingatkan agar masyarakat lebih teliti membeli. Caranya, dengan memerhatikan KLIK, yakni kemasan, label, izin edar, dan kedaluwarsa. Keutuhan kemasan mutlak dilakukan. Jangan membeli produk yang penyok, berkarat, atau bekas gigitan tikus. Biasakan membaca label pada kemasan, apakah ada bahan yang menyebabkan alergi atau memicu gangguan kesehatan.

Izin edar yang tercantum pada kemasan sebaiknya juga dicek. Keberadaan izin edar sangat diperlukan sebagai jaminan kualitas produk yang dipasarkan. Izin edar yang dikeluarkan oleh BPOM, seperti MD untuk makanan dalam negeri, dan ML untuk makanan impor, bisa dicek melalui aplikasi Cek BPOM yang bisa diunduh dari playstore. Saat ini Kementerian Kesehatan pun tengah melakukan pendataan terhadap makanan produksi rumah tangga, sehingga nantinya masyarakat bisa mengecek izin edar PIRT yang dikeluarkan Dinas Kesehatan.

“Kalau produk ada izinnya, bisa ditelusuri siapa yang membuat. Masyarakat pun sekarang bisa mengecek izin edar yang dikeluarkan dari BPOM. Tidak kalah pentingnya, perhatikan expired date pada setiap kemasan makanan. Jangan membeli produk yang kedaluwarsa,” tegas wanita berhijab yang akrab dipanggil Rina.

Diakui, pihaknya sudah rutin melakukan pengecekan peredaran barang, baik di supermarket, toko, maupun di pasar. Hasilnya, tetap masih dijumpai produk yang kedaluwarsa dan dengan kemasan rusak. Para pelaku usaha pun sudah diundang, dan kembali diingatkan agar terus mengawasi produk yang mereka pasarkan. Tidak hanya itu, BBPOM juga melakukan pendekatan kepada masyarakat agar menjadi konsumen cerdas. Mereka diharapkan bisa memilih produk yang dibeli dengan baik, tidak hanya murah tapi juga sehat dan aman.

“Ramadan ini kami akan fokus untuk mengawasi makanan takjil. Khususnya makanan yang menggunakan bahan berbahaya, seperti pewarna tekstil, borax, dan sebagainya,” katanya.

Wakil Kepala Perum Bulog Divre Jateng M Rizal Mulyawan Latif menambahkan perilaku konsumen yang cenderung suka memborong produk saat turun harga tanpa memperhatikan kualitasnya, mesti diubah. Tidak hanya berbahaya bagi kesehatan, aksi borong produk juga dapat memengaruhi stabilitas harga.

“Padahal sebenarnya kalau biasanya orang makan tiga kali sehari, tapi saat puasa paling hanya dua kali sehari. Tapi mengapa kok konsumsinya malah naik. Mentang-mentang ada harga gula murah, masyarakat membeli banyak, anaknya dibawa untuk mengantre, cucunya juga. Itu yang mesti dibimbing juga agar jangan aji mumpung. Perilaku konsumen seperti itu bisa berakibat paad fluktuasi harga. Itu juga yang dimanfaatkan para spekulan untuk mencari keuntungan sesaat,” sorotnya.

Melihat kondisi tersebut, Rizal mengimbau agar masyarakat tidak melakukan aksi borong produk. Beli produk yang benar-benar dibutuhkan, jangan takut stok pangan kurang. Sebab, saat ini saja ketersediaan beras di Bulog mencapai 270 ribu ton, atau setara dengan kebutuhan tujuh bulan mendatang.

Sementara itu, Plh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah yang juga Asisten Administrasi Drs Budi Wibowo MSi, menyampaikan agar masyarakat tenang menghadapi Ramadan dan Lebaran. Pemerintah bersama pihak-pihak terkait terus berupaya meningkatkan stok pangan, dan terus berupaya menjaga stabilitas harga. Namun, masyarakat juga memiliki peran penting dalam menentukan harga. Caranya, dengan tidak melakukan aksi borong, khususnya terhadap produk pangan.

Untuk menghindari aksi penimbunan barang yang dilakukan spekulan, pemerintah menerjunkan Satgas Mafia Pangan. Masyarakat yang mencurigai adanya penimbunan barang pangan untuk keuntungan pribadi, diminta melaporkan kepada pemerintah melalui kanal-kanal yang tersedia. Tentunya, disertai data pendukung, mulai dari foto kegiatan, lokasi, dan identitas pelapor. Sebab, pemerintah hanya merespons laporan dari orang yang identitasnya jelas. Dan pemerintah menjamin keamanan identitas pelapor.

“Seperti belum lama ini ada penggerebekan gula di Kendal dan Blora. Masalah itu diserahkan Satgas Mafia Pangan. Kalau terbukti untuk keuntungan pribadi, akan diselesaikan. Karena jumlan petugas terbatas, kalai masyarakat membuka mata, membuka telinga terhadap kondisi di sekitarnya, akan membantu pemerintah,” tandas Budi. (Ul, Diskominfo Jateng)

 

 

Berita Terkait