Pendidikan di SMKN Jateng, Disiplin Tapi Tak Ada Bullying

  • 24 Feb
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Bisa bersekolah adalah kemewahan bagi Aningtyas. Melalui pendidikan, warga Grobogan itu bercita-cita membantu keuangan ayah ibunya yang hanya bekerja sebagai buruh tani.

Tyas, begitu gadis 16 tahun itu akrab dipanggil, bersekolah di SMK Negeri Jawa Tengah Kampus I Semarang. Baginya kesempatan mengenyam pendidikan adalah cara baginya untuk memutus rantai kemiskinan.

“Ayah buruh tani, ibu cuma bantu-bantu ayah. Kalau penghasilannya sebulan itu cuma sekitar Rp1,4 juta sebulan. Kalau buat makan saja cukup. Tapi jika ditambah kebutuhan sekolah ya mungkin ngepas,” ujar Tyas, disambangi di SMK Negeri Jateng, Jl Brotojoyo No 1, Plombokan, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, baru-baru ini.

Merasa tak punya biaya lebih, Tyas akhirnya memilih bersekolah di SMK Negeri Jateng. Alasannya, ia bisa bersekolah dengan gratis. Sehingga, penghasilan ayahnya yang cuma Rp1,4 juta itu, bisa untuk makan dan menyekolahkan adiknya.

“Saya tahu SMK Jateng dari kakak kelas saya yang sudah bersekolah di sana. Ya akhirnya saya beranikan untuk mencoba,” ucapnya.

Ternyata, untuk dapat bersekolah di sekolah yang dikelola oleh Pemprov Jateng itu tak mudah. Tyas harus bersaing dengan ribuan pendaftar sedangkan, murid yang diterima di Kampus I Semarang hanya 120 orang per tahun ajar. Selain itu, calon siswa mesti melalui serangkaian seleksi, termasuk tes tertulis dan kunjungan rumah untuk menentukan yang bersangkutan benar-benar warga tak mampu.

“Awalnya saya pesimistis. Yang mendaftar kan ribuan. Bayangkan saingan dengan orang sebanyak itu. Tapi alhamdulillah, berkat dukungan dari orang tua dan belajar terus, saya bisa masuk ke sini (SMK Negeri Jateng),” kata Tyas.

Setelah masuk ke SMK Negeri Jateng, Tyas pun harus menyesuaikan kehidupan asrama. Terlebih lagi, sekolah tersebut menerapkan sistem semi militer. Tujuannya, untuk melatih kedisiplinan siswa dan melatih jiwa korsa (kebersamaan).

Aura kedisiplinan itu pun dirasakan siswa SMK Negeri Jateng lain, Romie Zainurrokhman. Diakui, kali pertama dia sempat menangis, karena baru merasakan atmosfer baru, sekaligus kangen dengan orang tuanya.

“Di sini disiplin sekali. Namun tidak ada bullying. Tapi tetap waktu pertama kali jauh orang tua, saya merasa kangen. Apalagi pertama disuruh bangun pagi-pagi sekali, saya belum biasa. Saya nangis, tapi saya samarkan saat mandi. Biar tidak ketahuan,” kenang siswa asal Banyumas itu, sambil tersenyum.

Meski demikian, ia mengaku fase tersebut sudah berlalu. Kini, Romie fokus belajar dan bersungguh-sungguh ikut seleksi, agar bisa masuk dalam tes masuk perusahaan. Cita-citanya hanya satu, membantu perekonomian orang tuanya. Apalagi bersekolah di SMK Negeri Jateng tidak membayar sepeserpun.

“Dulu sempat berpikir berhenti. Tapi saya ingat, tujuan saya kemari untuk sekolah dan membantu orang tua saya yang hanya buruh. Maka dari itu saya lanjut sampai kelas XII. Sekarang sudah mau lulus,” ungkap Romie.

Kepala SMK Negeri Jateng Kampus I Semarang Sriyono menjelaskan, sekolah tersebut memang bertujuan untuk memupus mata rantai kemiskinan, khusus warga Jawa Tengah. Tahun ini ada 264 kursi yang tersedia bagi calon siswa di tiga kampus. Yakni Kampus I Semarang 120, Kampus II Pati 48, dan Kampus III Purbalingga 96.

“Sekolah di SMKN Jateng, gratis dari mulai pendaftaran, kehidupan keseharian hingga nanti lulus, tidak dipungut biaya. Maka jangan percaya kalau ada yang mengaku bisa menitipkan atau menjanjikan masuk dengan iming-iming sesuatu. Langsung ke sini saja,” tegas Sriyono.

Dia menyebut, untuk bisa bersekolah di SMK Negeri Jateng calon siswa harus memenuhi syarat administrasi, seperti, Surat Keterangan Tidak Mampu, Kartu Indonesia Pintar, berasal dari Program Keluarga Harapan dan sebagainya. Selain itu, faktor akademis juga menjadi pertimbangan.

Tahun ini, SMK Negeri Jateng membuka Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajar 2020-2021. Pendaftaran sekolah gratis berasrama bagi warga tak mampu ini, mulai dibuka pada 24 Februari hingga 10 April 2020.

Adapun, Kejuruan di Kampus I Semarang meliputi Bisnis Konstruksi dan Properti, Teknik Elektronika Industri, Teknik Instalasi Tenaga Listrik, Teknik Permesinan dan Teknik Kendaraan Ringan. Di Kampus II Pati, hanya ada dua jurusan yakni, Agribisnis dan Pengolahan Hasil Pertanian dan Teknik Perbaikan Body Otomotif. Sedangkan, di Kampus III Purbalingga terdapat jurusan Teknik Pemesinan dan Teknik Pengelasan.

Diakui, kedisiplinan memang ditekankan dalam proses pembelajaran, agar membentuk siswa yang berkarakter. Namun, Sriyono menjamin tak ada bullying dalam penerapan kedisiplinan tersebut. Sebab, pihaknya menempatkan sejumlah pembimbing di dalam asrama, maupun lingkungan sekolah. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait