Optimistis Borobudur Bisa Jadi “Bali Baru”

  • 01 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Borobudur akan disulap menjadi “Bali baru”. Bagaimana caranya? Para perwakilan dari berbagai kalangan seperti pemerintah provinsi Jawa Tengah, pemerintah pusat, pemerhati pariwisata, pelaku usaha hingga awak media duduk bersama untuk mencari jawabannya dalam dialog interaktif di Aula Gubernur Jawa Tengah, Rabu (31/7/2019).

Salah satu pewarta Jateng Pos Uncle mengungkapkan, faktor yang mempengaruhi pemolesan Borobudur adalah publikasi. Sayang, saat dia dan teman-teman jurnalis bersemangat meliput seputar Borobudur untuk dipublikasikan ke masyarakat luas, namun justru mereka sulit mendapatkan perizinan peliputan di Borobudur.

“Kami minta agar perizinan meliput ke Borobudur jangan diberatkan. Kami harus melalui banyak tahapan perizinan baru boleh meliput,” ujar pria dengan rambut dikucir ini.

Uncle merasa, pengelola kurang kooperatif dengan media. Sikap itu mesti diubah sehingga objek wisata tersebut dapat lebih mendunia.

Senada dengan Uncle, perwakilan Biro Usaha Pariwisata Joko pun mengeluhkan para pengelola yang dinilai pasif dan cuek. Ia menceritakan pengalaman memandu seorang wisatawan yang mendadak sakit dan memerlukan pertolongan pertama secepatnya, namun pengelola malah cuek dan tetap menonton televisi. Akhirnya, Joko lah yang berinisiatif memanggil ambulans.

“Saya harap SDM khususnya petugas kesehatan di Borobudur ditingkatkan. Ada yang sakit malah cuek dan asyik nonton televisi,” sorot Joko.

Berbagai masukan dari para wartawan dan pengelola usaha pun diterima oleh Direktur Destinasi Pariwisata BOB Agustin Peranginangin untuk kemajuan Borobudur. Pihaknya akan meningkatkan SDM dengan  memberikan pembinaan kepada pengelola Borobudur agar dapat sigap melayani wisatawan. Selain pada pengelola, pihaknya akan terus mendorong dan membina desa-desa di sekitar Candi Borobudur agar menjadi desa wisata, serta mengikutsertakan masyarakat untuk menghidupkan wisata di candi dan sekitarnya.

“Jateng memiliki potensi wisata luar biasa. Cara memaksimalkan potensi tak hanya pengembangan infrastruktur, tapi juga SDM, yaitu membina desa-desa di sekitar Borobudur agar efeknya sampai ke masyarakat serta pengelola Borobudur agar dapat melayani dengan baik,”ujarnya.

Menyangkut perizinan publikasi, Agustin akan mengupayakan agar para wartawan tak kesulitan dalam mengeksplorasi potensi Borobudur.

Pentingnya publikasi dalam mendorong perkembangan Candi Borobudur, tak ditampik Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah Riena Retnaningrum. Pihaknya terus berupaya menggandeng media massa dan lainnya, untuk menyebarluaskan pesona Borobudur, maupun objek wisata lain.

Riena berharap, adanya bekerja sama dengan travel marketplace, seperti traveloka untuk memromosikan wisata Jawa Tengah. Sebab, mereka bisa memberikan referensi positif kepada masyarakat.

“Kominfo siap menarasikan dan menggandeng media untuk memromosikan wisata Jateng secara offline dan online, serta berharap dapat bekerja sama dengan travel marketplace,” ujarnya.

Kabid Pengembangan Destinasi Pariwisata Disporapar Jateng Prambudi optimistis pengunjung yang datang bisa mencapai 1,2 juta orang per tahun, karena infrastruktur jalan telah memadai dengan akses tol dari berbagai arah sudah dibuka. Kendati begitu, perlu pula pengembangan SDM.

“Kami optimistis kunjungan wisatawan di Borobudur akan meningkat karena infrastruktur jalan telah memadai dengan akses tol dari berbagai arah sudah dibuka,” imbuh Prambudi.

Pengamat Pariwisata Benk Mintosih mengajak semua kalangan aktif dalam berpartisipasi mewujudkan Borobudur menjadi Bali baru ini. Menurutnya, keberhasilan itu tak hanya tugas pemerintah, tapi juga masyarakat, media, dan pengusaha mesti ikut memoles Borobudur agar memikat wisatawan lokal bahkan mancanegara.

“Borobudur harus dikemas berbeda dan banyak inovasi kreatif lainnya. Tak cukup hanya pemerintah, tapi juga sinergi antara pelaku usaha, media dan masyarakat,” tandasnya. (Ic/Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait