Naskah Jadi “Kitab Suci” Pembuatan Film

  • 28 Jul
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Film sudah menjadi tontonan yang digandrungi masyarakat, karena menampilkan cerita dalam bentuk gambar bergerak. Tak sekadar dijadikan media untuk menyampaikan pesan dari peristiwa atau fenomena yang terjadi, saat ini film dimanfaatkan untuk edukasi dan sosialisasi terkait program maupun kegiatan tertentu.
Namun, apakah membuat film harus dengan biaya mahal dan peralatan canggih? Bagaimana membuat film yang baik? Apa saja modal yang harus disiapkan? Sineas Anto Galon dan praktisi sekaligus Dosen Ilmu Komunikasi Undip M Bayu Widagdo membagikan tipsnya, pada Workshop Pembuatan Film Pendek untuk Sosialisasi, yang diselenggarakan Dinas Kominfo Provinsi Jawa Tengah secara daring, Rabu (28/7/2021). Kegiatan tersebut diikuti oleh Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/ kota se-Jawa Tengah.
Sineas Anto Galon menyampaikan, film menjadi tontonan masyarakat karena selain lebih realistis, film juga lebih mudah diakses melalui media televisi, ponsel dan alat pendukung yang lainnya. Makanya, banyak pihak yang menggunakan film untuk mengedukasi masyarakat atau menyosialisasikan progam tertentu.
Namun, bukan hal yang mudah untuk membuat sebuah film, baik film pendek maupun panjang. Tentu, film yang memiliki kualitas bagus dan daya tarik membutuhkan kelengkapan teknis serta proses serius,
Anto memberikan tips, kunci pembuatan film hal yang utama adalah naskah. Naskah itu nantinya menjadi dasar pedoman alur cerita, penokohan atau aktor, lokasi, konflik hingga persoalan keuangan yang dibutuhkan dalam produksi.
“Kuncinya ada di naskah, ibaratnya naskah itu kitab sucinya dalam produksi film. Dari naskah itu nanti kita bisa menghitung mulai dari teknis pengambilan gambar, sampai persoalan badget yang dibutuhkan,” ujar pria yang memerankan dokter Koesen Hirohoesodo, di film Jendral Soedriman besutan sutradara Viva Westi.
Setelah naskah, katanya, yang perlu diperhatikan adalah aktor. Di sini, aktor harus bisa memerankan karakter sesuai dengan tokoh dalam naskah. Jika film biopik, aktor dicari semirip mungkin dengan tokoh yang difilmkan.
“Kalau biopik atau sejarah, cari aktor yang mirip dengan tokoh. Aktor juga harus bisa berakting. Kalau memang diperlukan untuk menambah magnet, cari aktor yang terkenal,” lanjut Anto.
Pria tambun asli Semarang itu menambahkan, tahapan lain yang harus dilakukan dalam pembuatan film diantaranya penentuan lokasi, reading naskah, make up dan wardrope, serta artistik.
“Nah, setelah itu yang harus disiapkan adalah peralatan seperti kamera, sound recording dan lighting. Baru kemdian mulai pengambilan gambar atau syuting,” imbuhnya.
Setelah proses syuting selesai, paparnya, kemudian dilakukan tahapan editing. Proses editing kembali berdasarkan dari naskah, mulai alur cerita, inti konflik tiap adegan hingga pesan yang hendak disampaikan film secara menyeluruh.
“Kalau film itu sudah selesai, maka terakhir adalah proses distribusi. Nah, film itu kita kirim ke klien jika memang bekerja sama, atau ke festival ikut lomba. Bisa juga ke televisi atau bioskop,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan praktisi dan akademisi M Bayu Widagdo. Menurutnya, naskah menjadi acuan dalam pembuatan film. Sebab, naskah adalah gambaran jelas dari ide awal.
“Kuncinya ada di naskah. Kalau naskahnya bagus, filmnya juga akan bagus,” tuturnya.
Selain itu, Bayu juga menuturkan, kekuatan pesan dalam film dibangun lewat storytelling. Seperti pesan yang tepat, lengkap, logis dan jelas, bahkan pesan yang sederhana.
“Saya kira ide cerita, atau pesan yang ingin disampaikan lebih baik jika mudah terima,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kominfo Provinsi Jawa Tengah yang diwakili Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Agung Kristiyanto menyampaikan, film merupakan media hiburan yang dapat bernilai edukasi dan informasi. Untuk itu, kegiatan kali ini untuk memberikan pelatihan agar mampu memberikan informasi dan edukasi yang menarik bagi masyarakat.
“Pelatihan ini untuk memberdayakan masyarakat, agar mampu memberikan informasi yang menghibur,” tandasnya. (Wk/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait