Menilik Produksi Kue Moho Khas Imlek di Pati 

  • 26 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

PATI – Menjelang Imlek, yang banyak diburu masyarakat adalah kue keranjang. Tapi, tahukah jika ada kue khas Imlek lainnya?
Ya, kue moho merupakan kue yang biasa disuguhkan saat Imlek. Dibuat dari bahan tepung, gula pasir, tape, dengan pewarna makanan merah muda di atasnya. Bentuknya seperti bakpao, namun lebih padat dan merekah di bagian atas, tanpa isian.
Agak sulit mendapatkan kue moho di daerah yang tidak banyak ditinggali orang etnis Tionghoa. Sebab tak banyak yang mau menggeluti usaha pembuatan kue klasik ini.
Adalah Muhaji, satu di antara perajin kue moho di Kabupaten Pati. Tepatnya di Desa Blaru, RT 5 RW 2, Kecamatan Pati Kota. Ditemui di rumahnya sekaligus tempat produksi,  Muhaji tampak sibuk bersama anggota keluarganya, membuat kue moho.
Meski usianya 61 tahun, namun tenaganya masih gesit. Mulai dari mengolah campuran adonan, mencetaknya, menyusunnya, meletakannya di loyang, dan mengangkat ratusan adonan ke dalam panci besar untuk dikukus di atas tungku.
Seorang putri Muhaji, Eliawati (38) tampak ikut serta membantu sang ayah. Elia, panggilannya, mengatakan, saat ini pihaknya terus berupaya melestarikan kue moho mengingat kue itu tak setenar kue keranjang. Selain itu pembuatan kue moho merupakan mata pencaharian ayahnya selama ini.
Muhaji menambahkan, hampir 45 tahun dia berkutat dengan pembuatan kue moho.  Bisa jadi Muhaji adalah orang pertama melestarikan kue moho di Pati. Sampai saat ini, sepengetahuan Muhaji, di Pati sudah ada perajin lain. Satu di antaranya adalah anaknya sendiri.
Muhaji menuturkan jika dia terinspirasi usaha itu usai bekerja di tempat pembuatan kue moho di Jatinegara, Jakarta. Di situ, dia belajar membuat kue yang disukai kalangan Tionghoa. Kemudian, dia berniat membuka pembuatan kue moho di Pati, bersama istri Sri Hartini (56).
Jalan terjal membuka usaha kue moho beberapa kali dihadapi. Mulai dari kekurangan modal, sampai kesulitan memenuhi bahan baku. Dia mengenang, ada warga Tionghoa yang baik padanya. Terutama saat Muhaji tengah kesulitan memproduksi kue moho akibat kekurangan modal.
“Saya pernah dipinjami modal, termasuk kalau kekurangan bahan baku, juga pernah dipinjami warga Tionghoa,” ujarnya, saat ditemui di rumahnya baru-baru ini.
Saat mendekati perayaan Imlek, Muhaji kecipratan berkah. Pesanannya meningkat dibanding hari biasa. Saat biasa, dia hanya membuat sekitar 2.500 kue moho per hari. Namun, menjelang Imlek seperti sekarang, produksinya bisa mencapai 5 ribu kue moho, bahkan lebih. Kebutuhan bahan baku tepung juga meningkat, dari yang biasanya 20 kilogram per hari menjadi 30 kilogram per hari.
“Pas Imlek lumayan kenaikannya. Tambah 500-600 saat Imlek. Dua hari lalu pernah diborong Rembang, kelenteng sebanyak dua ribu kue. Saya suruh nganter ya sudah harganya Rp1.000 (per kue),” jelas dia.
Biasanya, yang mencari atau yang memborong kue mohonya adalah kalangan Tionghoa. Tidak sedikit dari mereka yang memuji kue buatannya.
“Kok bisa ya orang Jawa membuat kue kesenangannya orang Tionghoa,” ungkapnya menirukan pujian sejumlah warga Tionghoa kepadanya. (Ak/Ul, Diskominfo Jateng)
 

Berita Terkait