Mahasiswa Asing pun Penasaran Cicipi Jamu

  • 28 Sep
  • bidang ikp
  • No Comments

CILACAP – Minum jamu mungkin sudah membudaya di masyarakat Indonesia. Terlebih, dengan khasiatnya yang dipercaya bisa menjaga kesehatan tubuh. Namun, bagaimana jika warga negara asing mencicipi jamu?

Lisa, misalnya. Volunter asal Swedia ini mengaku baru kali pertama minum jamu, saat menghadiri Festival Jamu dan Kuliner 2019, di Lapangan Eks Batalyon 405 Kabupaten Cilacap, Jumat (27/9/2019) malam. Lisa pun mencoba jamu beras kencur yang ditawarkan. Meski baru kali itu mencoba, dia merasakan nikmatnya. Rasa rempah yang kuat, begitu membekas di lidah.

“Sangat enak, tapi juga sangat pekat,” ungkapnya.

Hal yang sama juga juga dirasakan Fredo, mahasiswa asal Madagaskan yang tengah menempuh pendidikan di Undip. Dia penasaran dengan rasa jamu, dan setelah mencoba jamu beras kencur, pemuda itu merasakan minuman yang pedas namun manis. Dia juga meyakini jamu mampu melancarkan peredaran darah.

Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah Sinoeng Nugroho Rachmadi menyampaikan, jamu merupakan minuman tradisional warisan nenek moyang, khususnya di Jawa Tengah dengan produk jamu yang beragam. Maka, sudah menjadi tanggung jawab bersama agar terus melestarikan, mengedukasi dan memublikasikan jamu melalui event.

“Kita ingin mengenalkan jamu khas Jawa Tengah untuk ditunjukkan kepada dunia. Dengan mengundang mahasiswa asing, diharapkan dapat memberikan pengalaman kepada mereka tentang cita rasa jamu khas nusantara. Saya berharap agar bule-bule bisa ikut memromosikan jamu ke negara asalnya,” harap Sinoeng.

Mantan Kepala Biro Humas Setda Provinsi Jawa Tengah tersebut juga menyoroti pentingnya kemasan jamu. Meski dibuat dari bahan tradisional, kemasan jamu harus menyesuaikan selera kaum milenial yang lebih kekinian.

“Karena pangsa pasar kita adalah kaum milenial, maka produsen harus menyesuaikan kemasan agar lebih kekinian. Jadi tidak terkesan jadul,” lanjutnya.

Sinoeng juga berpesan kepada pegusaha jamu agar aktif menggunakan media sosial untuk memromosikan produk jamu. Sebab, anak muda cenderung aktif bermedia sosial.

Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Semarang Safriansyah mengungkapkan, jamu yang aman dikonsumsi adalah jamu yang tidak mengandung zat-zat berbahaya untuk tubuh. Kandungan jamu harus berasal dari rempah-rempah asli.

“Sebagai konsumen cerdas, kita jangan percaya pada jamu yang diklaim mampu mengobati berbagai macam penyakit. Karena jamu seperti itu mengandung zat kimia yang memberikan dampak kesehatan kepada yang mengonsumsinya,” imbaunya. (Fh/ Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait