Korupsi : Nikmat di Dunia, Sengsara di Akhirat

  • 08 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Sofyan Abdul Rozaq tak kuasa menahan haru ketika mendapat informasi, karyanya ditetapkan sebagai nominasi pemenang lomba stiker antikorupsi, yang diselenggarakan Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah dalam rangka Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 2019. Terlebih, saat itu siswa SMAN 1 Mijen ini tengah merawat ibunya yang sakit.
Meski awalnya belum mendapatkan kepastian sebagai pemenang Juara I kategori pelajar, namun ia tidak menduga karyanya bisa menang. Padahal, orangtuanya mengira utak atik desain menggunakan gawai yang dilakukan Sofyan, hanya sekadar bermain.
“Ibu sangat senang, nggak nyangka bahwa anaknya yang mungkin dikiraya cuma mainan HP, ternyata melakukan ini (mengikuti lomba stiker) untuk berkontribusi melalui stiker,” ungkapnya saat ditemui usai menerima hadiah, bertepatan dengan Demo Antikorupsi Pelajar di halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah, Minggu (8/12/2019).
Pria yang akrab disapa Ian ini menggungkapkan, dia nyaris putus asa karena idenya stagnan. Beruntung, pada malam terakhir pengiriman karya, idenya muncul. Bahkan desain stikernya selesai dalam waktu 40 menit.
Stiker yang didesain tertulis “Ning Dunyo Mulyo Ning Akhirat Sengsoro” yang memiliki maka yaitu tindak pidana korupsi hanyalah dirasakan nikmat ketika di dunia saja, namun sangat berat untuk dipertanggungjawabkan di akhirat. Oleh sebab itu, menurut Ian, ada baiknya sebelum melakukan korupsi agar berpikir dua kali mengenai kehidupan di akhirat yang lebih kekal. Selain memenangkan hadiah, Ian juga menjadikan momen ini sebagai salah satu kesempatan kaum pelajar untuk menyampaikan aspirasi terhadap gerakan antikorupsi khususnya di Jawa Tengah.
”Sangat antusias dari para pelajar sangat bagus, sangat ramai. Lomba-lombanya juga menarik dan memberikan peluang dari pelajar untuk memberikan aspirasi terhadap korupsi,” bebernya.
Pada kesempatan ini juga ditampilkan sebuah mozaik yang berisi sebuah pesan dan harapan untuk gerakan anti korupsi. Awalnya mozaik ini disebar di beberapa titik untuk masa dapat mengisi secara acak. Kemudian setelah digabungkan menjadi satu, mozaik yang terdiri dari sembilan kotak persegi dimasing-masing kotak persegi berisi ratusan harapan yang tersusun dari sticky notes kecil ini, membentuk sebuah gambar yaitu sekor tikus yang dicoret.
“Ternyata gambar ini memiliki sebuah makna yaitu yang gerakan untuk menumpas habis para koruptor agar tidak membuat kerusakan. Ibarat di sebuah rumah, tikus akan merusak pakaian di lemari, mengambil makanan-makanan yang tidak disimpan dengan rapat sehingga akan membuat sebuah rumah. Hal inilah yang harus dilakukan yaitu membersihkan tikus atau menghukum para koruptor seberat-beratnya agar tidak merugikan negara dengan memakan uang rakyat,” jelas Intan Latifah Nur Atmojo siswa asal SMAN 1 Purwanegara sebagai sorang narator yang membacakan harapan-harapan masyarakat dalam peringatan Hakordia 2019. (Hi/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait