Kontributor “Setengah Wartawan” pun Dituntut Punya “Skill” dan Etika

  • 27 Mar
  • bidang ikp
  • No Comments

Salatiga – Siapa yang membatasi media pemerintah hanya untuk memberitakan kegiatan kepala daerahnya? Siapa pula yang mengatakan media pemerintah tak bisa menggunakan bahasa yang luwes?

Menurut Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah Amir Machmud, dulu media pemerintah atau yang dikenal dengan pers pembangunan dianggap pers yang monolog. Tapi sekarang media pemerintah dan media mainstream tak ada bedanya. Keduanya sama-sama media penyampai informasi yang tujuannya membangun kepercayaan publik.

Ditambahkan, tak sekadar menyampaikan kegiatan dan kebijakan kepala daerah, media pemerintah juga mesti mengembangkan rubrik-rubrik interaktif yang menyajikan inspirasi, keteladanan, maupun kontrol terhadap kinerja pelayanan publik pemerintah. Karenanya, wartawan media pemerintah dituntut memiliki skill atau kecakapan teknis, serta menerapkan kode etik jurnalistik. Sehingga berita yang ditampilkan bisa dipercaya.

“Bukan saatnya kontributor media pemerintah mengatakan, saya bukan wartawan profesional. Kontributor, meski ‘setengah wartawan’ pun harus mempunyai skill dan etika,” tegas Amir, di hadapan peserta Bimbingan Teknis Kontributor Berita Daerah jatengprov.go.id, di Hotel Grand Wahid Salatiga, Selasa (26/3/2019).

Diakui, salah mengetik satu huruf saja bisa jadi mengubah arti kata, yang terkadang bisa menimbulkan persoalan saat informasi tersebut dimuat di media. Karenanya, pewarta dituntut lebih teliti sebelum mengunggah data. Kedisplinan melakukan verifikasi data terhadap setiap fakta yang hendak disampaikan, wajib bagi setiap penulis berita. Disiplin verifikasi akan menjaga akuntabilitas sebuah berita sebagai upaya membangun kepercayaan publik. Jadi, sebelum berita naik di tingkat redaksi, penulisnya mesti melakukan swasunting.

“Logika terbentuk dari kalimat yang benar. Akan sulit difahami oleh bukan penulisnya jika ditulis dengan struktur yang tidak benar. Mekanisme logika kita tentang pesan harus dimulai dari huruf, kata, kalimat, struktur, dan pesan,” beber wartawan senior ini.

Peningkatan profesionalitas para kontributor juga ditekankan pakar komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Matruti Eko S. Dia memaparkan menjadi kontributor bukan suatu kebetulan, melainkan by design. Untuk itu, harus dilakukan dengan profesional yang berarti membangun empati dan melayani dengan HATI, humanis, amanah, terampil, dan memilliki integritas.

Setiap kontributor daerah, kata Eko, harus mencintai pekerjaannya. Sehingga, dapat memainkan peran pentingnya dalam menyampaikan informasi-informasi mengenai kinerja pemerintahan kepada masyarakat, dan membangun citra positif pemerintahan.

Pentingnya peran kontributor daerah diakui Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah Riena Retnaningrum dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kepala Bidang Statistik Arief Boedijanto. Dia berharap setiap kontributor dapat menginformasikan kepada masyarakat tentang berbagai kebijakan dan program kerja pemerintah, serta hasil-hasil pembangunan kepada masyarakat. Penyampaian informasi yang akuntabel dalam bentuk berita di media instansi pemerintahan daerah, termasuk portal berita jatengprov.go.id juga merupakan bentuk pelayanan dan keterbukaan informasi publik di Jawa Tengah.

Ditambahkan, ke depan, situs web jatengprov.go.id tidak hanya menjadi portal berita tentang kegiatan pemerintahan, melainkan juga bisa menjadi rujukan masyarakat dalam hal pencarian informasi mengenai Jawa Tengah secara keseluruhan, termasuk tentang objek wisata dan katalog kuliner lokal Jawa Tengah, dan sebagainya.

“Agar lebih menarik maka situs web jatengprov.go.id khususnya pada laman Berita Daerah perlu dilengkapi dengan beberapa konten, antara lain objek wisata, kuliner, event kegiatan tahunan Pemda, bursa tenaga kerja, dan lain-lain dengan kemasan yang menarik seperti infografis atau (gambar) bergerak alias movie,” tandas Riena. (Tn/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait