Kesenian Tradisonal Jangan Asal Main

  • 28 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) se-Jawa Tengah diminta menampilkan tayangan yang lebih fresh. Jangan asal main, sehingga dapat diterima generasi milenial.
Pengurus FK Metra Jateng Suhartono menuturkan, generasi milenial harus dikenalkan dengan seni tradisional, agar mereka bisa sayang atau peduli. Pihaknya akan berupaya mengenalkan hal itu kepada para generasi milenial.
“Kita ingin usulan mereka (dari kabupaten dan kota), biar lebih fresh lagi. Karena seni tradisional kecenderungannya asal main. Ini sangat berbahaya. Mereka akan kehilangan penonton. Makanya bagaimana seni tradisi tetap eksis, tetap payu (laku), di hadapan masyarakat yang milenial ini. Anak muda tetap menyenangi seni tradisi,” kata pria yang biasa disapa Maston ini, saat Rapat Koordinasi FK Metra se-Jateng, di Ruang Rapat Kantor Dinas Kominfo Jateng, Selasa (28/1/2020).
Menurut Maston, ada berbagai upaya yang dilakukan untuk mengenalkan seni tradisional kepada anak muda, yakni harus disentuh dengan berbagai proses yang nyata. Tentu supaya seni tradisi tetap eksis dan diminati. Orang-orang pun akan merasa membutuhkan seni tradisi.
“Yen ora nonton seni tradisi itu seperti tidak ketemu pacar saya, begitu. Resah dan gelisah. Upaya kita, harus sering komunikasi, karena komunikasi itu penting. Sampeyan punya pacar, tidak pernah komunikasi, tentu pacar Anda akan pergi meninggalkan Anda. Jalin komunikasi,” terangnya.
Ditambahkan, sejauh ini komunikasi antarpelaku seni tradisi di masing-masing daerah sudah terjalin. Namun, perlu ditingkatkan lagi, tidak hanya saat ada acara, tapi bisa setiap saat. Gandeng media agar ikut memublikasikan dalam porsi yang lebih besar. Apalagi seni tradisional di Jateng saat ini sudah banyak yang aktif. Seperti topeng ireng, tayub, wayang kulit, ketoprak, dan lainnya. Kesenian itu pun berkembang seiring dengan kearifan budaya lokal daerah asal masing-masing.
“Tergantung budaya lokal. di Pati ketoprak merajai. Blora itu tayub merajai. kearifan lokal, dan lainnya,” pungkasnya.
Pengurus FK Metra lainnya, Daniel Hakiki bertekad terus mengawal program FK Metra Jateng supaya lebih maju lagi. Menurutnya, kesenian tradisional adalah media yang mewariskan dan menyampaikan nilai kebudayaan. Karena itu, semua lembaga diharapkan menggunakan kesenian tradisional dalam menyosialisasikan program, termasuk program pemerintah. Apalagi, dengan penggunaan bahasa daerah setempat yang lebuh mudah difahami masyarakat.
Dia mengatakan, yang terpenting mengupayakan seni tradisional agar eksis dulu. Jika tidak, harus didorong agar pewarisan nilai budaya itu ada.
Enggak penting payu enggak. Yang penting harus ada. Sampaikan nilai itu. Praktis yang menyampaikan nilai budaya ya seni tradisional. Tidak ada kata tidak. Dia harus didorong agar pewarisan nilai budaya harus ada,” ujarnya.
Ditambahkan, pada era digital yang serba gawai ini, kegiatan seni tradisional bisa disebarkan secara langsung melalui rekaman video. Sehingga yang bisa menonton tidak hanya pengunjung yang hadir saat acara.
“Semua masyarakat di dunia bisa melihat. Bagi orang tua, seni tradisional adalah jembatan atas memori  masa lampaunya. Bagi anak-anak, seni tradisional adalah sesuatu yang eksotik. Karena tidak djumpai sehari-sehari,” jelasnya.
Kepala Diskominfo Provinsi Jawa Tengah melalui Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik (IKP), Setyo Irawan menjelaskan, selama ini publikasi yang dilakukan Diskominfo tidak hanya melalui media mainstream, online, maupun yang lain. Tapi juga memanfaatkan media tradisional untuk mendiseminasikan informasi, khususnya terkait kebijakan di daerah, isu naisonal, dan hasil pembangunan.
Oleh karena itu, pihaknya mengajak kabupaten dan kota agar mengoptimalkan FK Metra untuk memberitakan, menginformasikan, dan memublikasikan semua kegiatan yang ada di daerah masing-masing.  Sebab setiap media publikasi mempunyai pangsa atau peminatnya tersendiri. Mungkin kalau di daerah-daerah terpencil, media tradisional amat efektif karena penggunaan teknologi informasi belum efektif. Dengan adanya media tradisionall mereka akan lebih familiar bahasanya, keseniannya. Selain juga seni tradisional juga jadi ajang silaturahmi.
“Yang biasanya mereka berada di rumah sembari memainkan gadget-nya. Dengan adanya FK Metra mereka bisa hadir ke lapangan, ngobrol, bertukar informasi, melihat kesenian tradisional. Bahasa kasare, orang sepintar apapun, disuruh memberikan sosialisasi, sehebat apapun disuruh sosialisasi di daerah di desa, belum tentu bisa. Tapi dengan kesenian tradisional akan lebih efektif, lebih familier,” pungkasnya. (Ak/Di/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait