Juli 2020, BPS Catat Deflasi Jateng 0,09 Persen

  • 05 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat Jateng mengalami deflasi sebesar 0,09 persen pada Juli 2020. Hal ini mengemuka saat BPS Jateng melakukan rilis Indikator Tingkat Nasional dan Indikator Tingkat Jawa Tengah melalui akses video streaming, Senin (3/8/2020).

 

Kepala BPS Jawa Tengah Sentot Bangun Widoyono mengatakan, kondisi tersebut terjadi juga pada enam wilayah pantauan BPS. Yaitu di Cilacap tercatat deflasi 0,17 persen, Purwokerto 0,20 persen, Kudus 0,09 persen, Surakarta 0,03 persen, Semarang 0,10 persen, dan Kota Tegal 0,05 persen.

 

“Pada bulan Juli 2020, Inflasi (Indeks Harga Konsumen) di Jateng mengalami (penurunan) atau yang kita sebut deflasi hingga 0,09 persen (Juli 2020 terhadap Juni 2020). Kondisi inflasi pada tahun kalender mencapai 0,73 persen yaitu indeks di bulan Juli 2020 dibandingkan dengan indeks Desember 2019. Sedangkan inflasi tahunan yakni perbandingan Indeks Harga Konsumen pada Juli 2020 dibandingkan Juli 2019 mencapai 2,08 persen,” kata Sentot.

 

Dia menerangkan, kelompok komoditas yang paling besar menyebabkan deflasi pada Juli adalah pada kelompok komoditas makanan, minuman dan tembakau yang mengalami deflasi 0,66 %. Sehingga menyumbang deflasi pada Juli 2020 sebesar 0,16 %.

 

Sentot menuturkan, ada beberapa kelompok komoditas yang mengalami deflasi antara lain pada transportasi, kemudian informasi komunikasi dan jasa keuangan, serta pendidikan. Untuk transportasi utamanya, lanjutnya, pada transportasi umum, dan informasi komunikasi disebabkan karena penurunan harga pulsa telepon. Sedangkan pendidikan terjadi di tingkat SD maupun di tingkat SMA.

 

Secara keseluruhan ada 11 kelompok komoditas yang alami deflasi. Yaitu makanan, minuman, dan tembakau; pakaian dan alas kaki; perumahan, air, listrik, dan bahan bakar lainnya; perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga. Selanjutnya ada kesehatan; transportasi; informasi, komunikasi dan jasa keuangan; rekreasi, olahraga, dan budaya; pendidikan; penyediaan makanan dan minuman/restoran; serta perawatan pribadi dan jasa lainnya.

 

“Kalau diperhatikan 11 kelompok komoditas, inflasi tertinggi terjadi pada perawatan pribadi dan jasa lainnya yaitu 1,08 persen. Kondisi ini secara umum deflasi karena ada beberapa mengalami deflasi dan lainnya inflasi,” terang Sentot.

 

Sentot membeberkan, beberapa komoditas yang menyumbang deflasi di antaranya, bawang merah menyumbang deflasi hingga 0,1236, diikuti angkutan udara mengalami penurunan 0,0591, daging ayam ras 0,0451, bawang putih 0,0332, dan gula pasir 0,0237. Sedangkan, beberapa komoditas yang menahan deflasi atau terjadi kenaikan harga adalah telur ayam ras, emas perhiasan, cabai merah, air kemasan dan rokok kretek filter.

 

“Kita bisa perhatikan bahwa beberapa komoditas alami pola yang hampir sama di seluruh kabupaten dan kota yang kita cermati inflasinya. Misalnya bawang merah terjadi deflasi di seluruh kota. Bawang merah, daging ayam ras juga penurunan harga di semua kota, bawang putih, dan gula pasir, dan beberapa komoditas lainnya,” terang dia.

 

Sentot juga menerangkan, untuk inflasi di ibukota provinsi, yakni Semarang, mencatat urutan keempat di pulau Jawa. Urutannya Serang, DKI Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Bandung dan Surabaya. (Ak/Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait