Jenang Gempol Hingga Suran Traji, Khas Desa Wisata Trah Aji yang Ngangeni

  • 26 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

TEMANGGUNG – Mengunjungi Desa Wisata “Trah Aji” Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah sekilas terlihat biasa. Namun, desa ini sebenanya menyimpan keindahan alam hingga keunikan kuliner tradisionalnya.
Di desa yang berjarak 17 kilometer dari pusat Kota Temanggung ini, yang wajib dinikmati adalah jenang gempol. Jajanan ini tidak mudah didapat di daerah lain, sebab kuliner berbahan tepung beras ini hanya dibuat oleh satu keluarga di desa itu. Hingga saat ini, pembuatan jenang gempol masih terjaga dan turun temurun. Tak berlebihan jika ada sensasi yang berbeda saat menyantap kuliner ini.
Pasangan suami-istri Mbah Walmin (70) dan Mbah Jumput (68), yang saat ini masih memproduksi jajanan ini. Kemampuannya itu diturunkan ke anak-cucunya.
“Iya, jenang gempol hanya dibuat di keluarga ini. Tidak ada yang lain. Saya juga diajari orang tua dulu, dan sekarang saya tularkan ke anak dan cucu,” ujar Mbah Jumput saat ditemui di kediamannya Desa Traji RT 8 RW 4, Minggu (26/1/2020).
Jenang gempol, jelas Mbah Jumput, terbuat dari tepung beras. Caranya, beras digiling halus, lalu dikukus dan diaduk kemudian dibuat gempol membulat besar. Selanjutnya dibentuk menjadi bulat kecil-kecil.
“Nah, itu kemudian buat jenangnya pakai tepung beras diberi gula merah. Jenang yang sudah jadi diberi gempol dan dibungkus dengan daun pisang,” tuturnya.
Ditambahkan, jenang gempol bisa disantap langsung, atau lebih nikmat dicampur dengan santan kelapa. Kekhasan rasa sajian itu akan membuat orang terus kangen.
“Bisa dimakan langsung setelah dicampur dan dibungkus daun pisang. Atau lebih enak pakai santan kelapa,” beber Mbah Jumput.
Mbah Walmin menambahkan, di hari biasa ia bisa memproduksi 120 bungkus untuk dijual di sejumlah pasar tradisional di Temanggung.
“Kalau ada pesanan bisa mencapai 1.500 bungkus lebih. Wah, kewalahan kalau ada pesanan banyak, soalnya hanya berdua atau paling dibantu anak-anak,” imbuhnya.
Bukan hanya itu, Desa Wisata “Trah Aji” juga terkenal dengan keindahan alam yang ijo royo-royo. Terdapat sejumlah sendang, di antaranya Sendang Sidhukun satu dan dua, Sendang Lanangan, dan Sendang Wedokan.
Yang tak boleh dilewatkan, pengunjung mesti menikmati kuliner di pasar jajan tradisional yang diselenggatakan tiap Minggu Legi dan Pahing, di Sendang Sidhukun dua. Wisatawan bisa outbound, sekaligus belajar membuat wayang welat, sebuah kreasi wayang dari bahan bambu limbah kerajinan keranjang tembakau.
“Paket wisata juga ada untuk seni budaya Desa Traji, seperti tari dan wayang welat. Paket lain ada edukasi pertanian,” terang Sekretaris Desa (Carik) Traji, Karyanto.
Menurutnya, sebagai daya tarik andalan, Desa Traji juga menggelar acara tradisi tahunan seperti Nyadran dan Suran Traji. Tak berlebihan, jika Suran Traji yang digelar pada malam sura dilakukan secara khusyuk dan sakral.
Karyanto menceritakan, tradisi Suran Traji merupakan wujud rasa syukur warga atas segala limpahan Rahmat dan air yang mencukupi kehidupan di desanya.
“Acara dimulai dari kirab. Di sini Pak Lurah bersama istri didandani bak pengantin, dikirab dari balai desa menuju Sendang Sidhukun satu. Di belakangnya rombongan yang membawa gunungan hasil bumi, kepala kambing yang sudah dimasak, ingkung ayam dan makanan lainnya,” paparnya.
Sesampainya di Sendang, dilakukan doa bersama, kemudian menyantap makanan yang dikirab secara bersama-sama. Dari Sendang Sidhukun arak-arakan kemudian menuju Sendang Kalijaga. Selanjutnya pulang ke balai desa.
“Menariknya, kepala desa dan istri ini membagi-bagikan uang receh di sepanjang jalan,” ucap dia.
Usai acara itu, dipungkasi dengan gelar pentas kesenian. Ada wayang kulit, tari jaran kepang klasik, seni Warak, dan jaran kepang masal.
“Kekayaan desa ini yang terus kami kembangkan seiring semangat kita membangun Desa Wisata Trah Aji,” pungkasnya. (Wk/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait