Ini Potret Bocah Penderita Kanker yang Terus Bersemangat

  • 11 Mar
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Divonis menderita kanker tak harus membuat penderitanya patah semangat. Banyak di antara mereka yang justru memiliki semangat kuat untuk sembuh, menjalani hidup dan berupaya meraih cita-cita. Seperti sejumlah anak penderita kanker, di rumah singgah Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) Semarang.
Aktivitas keceriaan mereka terlihat di bangunan yang berada Jalan Kedung Jati Nomor 6, Kelurahan Randusari. Rumah ini membantu warga dari kalangan miskin untuk memperoleh haknya dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Di rumah singgah sementara ini, anak-anak menjalani perawatan akibat penyakit kanker dan tumor. Tentu keberadaan rumah singgah membantu pasien dalam menghemat biaya perjalanan. Termasuk, membuat pasien tiba tepat waktu saat memeriksakan penyakitnya di rumah sakit.
Salah satu anak penderita kanker yang singgah di YKAKI Semarang adalah Muhamad Misbahul Munir (9), warga Desa Karangpasar, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan. Dia terlihat didampingi ibundanya, Kismiyati (52). Munir, panggilannya, rutin menjalani sejumlah rangkaian pengobatan medis di RSUP dr Kariadi Semarang.
Munir, divonis menderita kanker sejak 2016. Penyakitnya sempat sembuh, namun kambuh kembali usai Munir mengalami insiden jatuh. Sampai hari ini, bungsu dari empat bersaudara ini harus terus menjalani pemeriksaan rutin.
“Kondisi kesehatan saya sekarang baik,” kata Munir saat ditemui di YKAKI Semarang, Rabu (11/3/2020).
Selama di rumah singgah, ibunya setia menemani, baik saat belajar hingga bermain. Munir terlihat riang dan bersemangat menjalani hari-harinya. Dari beberapa kegiatan di rumah singgah, dia paling suka menggambar dan mewarnai.
“Paling senang mewarnai rumah-rumahan,” celetuknya polos.
Semangatnya untuk sembuh juga menyala. Tidak heran jika Munir selalu menaati aturan medis, dan orang tua. Bahkan dia punya cita-cita menjadi polisi, agar bisa membatu masyarakat. Jika nanti sembuh, dia juga ingin jalan-jalan naik kereta api.
Kismiyati menjelaskan, anaknya memiliki semangat keras untuk sembuh. Sampai-sampai rela tidak belajar di sekolah, agar tetap rutin menjalani pemeriksaan di RSUP dr Kariadi.
“Harusnya naik kelas 3 SD. Tapi karena sering tidak masuk, jadi tetap kelas 2 (SD). Berobat terus jadi tidak sekolah,” katanya.
Untungnya di rumah singgah, sang anak bisa belajar. Sehingga soal pengetahuan, Munir tetap bisa mendapatkan haknya. Kismiyati mengenang sekilas apa yang dirasakan anaknya. Kali pertama anaknya sakit panas hampir satu bulan, saat berusia lima tahun. Keluarga membawanya ke bidan, kemudian ke Rumah Sakit Pelita Anugerah Demak, dan dirujuk ke RSUP dr Kariadi Semarang.
Setelah menjalani pengobatan, Munir dinyatakan sembuh. Namun beberapa waktu kemudian Munir terjatuh, dan membuat sakitnya kambuh. Dia kembali melakukan pemeriksaan di Semarang dari awal lagi. Sampai saat ini sudah hampir satu tahun bocah itu menjalani pengobatan.
Sementara itu, guru di YKAKI Semarang, Imaculata Dwivena S mengatakan, pihaknya memang aktif membantu penderita kanker dan tumorĀ  di kalangan anak usia 0-18 tahun. Di rumah singgah, selain anak mendapat fasilitas tempat tinggal, juga mendapatkan hak belajar.
“Kami semangat memberi dukungan,” kata Ima, sapaannya.
Sampai saat ini, pihaknya bergerak bersama donatur dan pemerintah. Diakui, peran pemerintah baik kota maupun provinsi sangat besar.
“Peran pemerintah sendiri amat mendukung kegiatan, semangat kami. Bapak gubernur juga hadir. Yang meresmikan (rumah singgah) wali kota. Kesehatan dibantu dinas. Kepada gubernur, terima kasih atas segala dukungan baik material dan nonmaterial. Karena selalu men-support kami dalam segala hal. Harapannya tetap mendampingi karena kami tidak bisa berjalan sendiri,” tandasnya. (Ak/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait