Ikut #LapakGanjar, Ria Kewalahan Layani Pesanan Luar Kota

  • 14 Jun
  • bidang ikp
  • No Comments

KEDIRI – Perajin tas anyaman plastik di Kediri, Jawa Timur, ikut merasakan manfaat promosi medsos ala Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, #LapakGanjar. Jualan tas yang tadinya merosot akibat Corona, kini mulai bangkit. Bahkan sampai kewalahan melayani pesanan dari luar Pulau Jawa.
Seperti yang dialami perajin tas anyaman plastik, Riatul Laili. Warga Dusun Ngandong, Desa Nanggungan, Kayen Kidul, Kediri ini mengungkapkan, sejak Corona, pesanan tasnya merosot hingga 50 persen.
Putar otak, ia akhirnya memberanikan diri ikut promosi di #LapakGanjar. Melalui akun pribadinya @ria.nanggungan2233, ia memamerkan foto tas anyaman plastik model de coupage, dan menandai akun @ganjar_pranowo. Foto unggahannya itu, kemudian di-repost oleh Ganjar, di edisi #LapakGanjar17.
“Kami berusaha untuk maju dan pengin besar, lalu kami ikut LapakGanjar. Setelahnya DM (direct message-pesan langsung) lewat Instagram pun bermunculan, sampai kami kewalahan memenuhi kebutuhan luar kota,” paparnya, Sabtu (12/6/2021).
Diceritakan Ria, sebelum berjualan di LapakGanjar, yang meminati produk tas anyamannya hanya sekitar Kediri. Namun, setelahnya mulai ada pesanan dari Sulawesi, Bali, bahkan sampai Vietnam.
Ia bersyukur akan berkah tersebut. Namun sayangnya, lini produksi yang diperkuat 10 orang, hanya mampu menghasilkan 50 tas anyaman setiap harinya. Akibatnya, ia tak mampu melayani pengiriman ke luar kota dalam jumlah besar.
“Antusiasnya begitu besar karena dari luar kota, dari luar negeri, dari luar pulau pun ada. Kami tak dapat memenuhi pemasaran. Di luar pulau masih sedikit capai target. Tapi kami sudah sempat mengirim ke Sulawesi 300 tas, ke Bali 200 tas, danĀ  Vietnam 50 tas,” paparnya.
Ria berujar, usahanya berawal dari pelatihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Nanggungan. Dari situ, ia kemudian mengajari dan merekrut tetangga kanan kirinya, sebagai pekerja.
Produknya, mulai dari anyaman jenis deco, suvenir hajatan tas dari anyaman daun jali. Harganya, dipatok mulai dari Rp 6.000 sampai termahal Rp 60 ribu per tas.
Usahanya mulai berkembang, namun Covid-19 membuat bisnis rumahan itu redup. Pesanan turun, lini produksi pun mulai berkurang.
“Kita kan ingin memberdayakan ibu-ibu di sini. Bisa menghasilkan meskipun sedikit bisa untuk jajan, kita juga pingin bantu keuangan keluarga. Namun karena pandemi, kita terhalang pemesanan turun drastis di bawah 50 persen,” ungkap Ria.
Dia mengaku syukur, akan hasil tersebut. Ia pun mengajak sejawatnya para perajin di Jawa Timur, tidak patah arang menghadapi dampak pandemi. Manfaatkan media sosial, seperti instagram atau facebook untuk menawarkan dagangan. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait