Hujan Deras, Warga Banyuanyar Tetap Semangat Nonton Bareng

  • 25 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

Boyolali – Bagaimana perasaan seorang istri jika menemukan pesan dari hape suaminya yang menyebutkan sebuah nama dari perempuan lain? Ini yang dialami oleh Bu Lurah, yang membaca pesan dari HP suaminya.

Pak niki kok wonten WA saking Pak Carik. Mangke menawi tindak Kecamatan tulung ampiri Tasijem, sapa Tasijem Pak?” tanya Bu Lurah dengan wajah cemberut.

Pak Lurah bingung setelah mendengar pertanyaan dari istrinya, karena merasa tidak mengenal Tasijem.

Bu, nek maca berita lewat WA utawa media sosial iku aja ditelan mentah, Tasijem iku sapa aku yo ora ngerti,” jawab Pak Lurah.

Akan tetapi Bu Lurah tetap tidak percaya pengakuan suaminya, bahkan menuduh suaminya berselingkuh. Pak Lurah yang tidak terima karena dituduh selingkuh, berusaha mencari sumber masalahnya dengan mengundang Pak Carik untuk meminta penjelasan tentang Tasijem.

Tasijem iku niki lho, tas ijem (hijau),” jelas Pak Carik sambil membawa tas berwarna hijau.

Ternyata tas ijem yang dimaksud adalah tas warna hijau, yang isinya data-data kependudukan. Perdebatan yang disebabkan kurang spasi pada pesan bisa membuat salah paham bahkan terjadi fitnah.

Cerita yang memuat pesan agar masyarakat untuk lebih cerdas dan bijaksana dalam menggunakan teknologi informasi disampaikan oleh tim pertunjukan rakyat Kabupaten Boyolali pada kegiatan Nonton Bareng Layar Tancap dan Pertunjukan Rakyat di Balai Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Kamis malam (24/1).

Kegiatan nonton bareng di Desa Banyuanyar itu sangat meriah. Hujan deras disertai angin yang melanda malam itu, tidak menyurutkan masyarakat sekitar untuk datang.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah Dadang Somantri menyampaikan, perkembangan teknologi dan penggunaan digital semakin hebat. Dampak positifnya banyak, namun dampak negatifnya juga banyak. Orang tua cenderung memilih memberikan HP kepada anaknya saat si anak menangis. Padahal, tanpa disadari hal tersebut justru berpotensi membuat anak tidak peka pada kehidupan sosial. Mereka lebih suka hidup secara individualisme.

“Kita terlalu sayang kepada anak, nangis sedikit langsung dikasih HP biar diam. Semakin dia besar, individualismenya semakin tumbuh, bahkan tidak kenal dengan tetangganya,” ujar Dadang.

Mantan Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Jawa Tegah ini mengapresiasi antusiasme warga yang menyaksikan pertunjukan rakyat dan menonton layar tancap. Melalui kegiatan nonton bareng layar tancap diharapkan bisa menambah keakraban antarwarga. Sehingga bisa mengikis sikap individualisme.

“Kalau kita nonton bioskop, kiri, dan kanan tidak saling kenal dan individualisme masih kelihatan. Berbeda dengan nonton layar tancap, di sini kan saling kenal jadi bisa saling ngobrol dan diskusi. Walaupun sedang hujan, tapi antusiasme panjenengan sangat tinggi,” imbuhnya.

Ditambahkan, karena saat ini puncaknya musim hujan, Dadang meminta masyarakat lebih waspada dengan nyamuk yang mulai berkembang, terutama yang membawa penyakit DBD. Masyarakat diminta menerapkan 3M plus, yaitu menguras, menutup, memanfaatkan barang bekas atau daur ulang, serta segala bentuk pencegahannya, seperti memakai lotion antinyamuk atau memakai kelambu saat tidur.

“Ini musim hujan sudah mulai puncaknya, tolong hati-hati dengan nyamuk DBD. Manfaatkan 3 M plus. Kalau anak-anak milenial bilang, tolong dalam beberapa hari ini berburu pacarnya ditunda dulu, diganti berburu jentik,” jelasnya.

Selain itu, Dadang menyampaikan pesan dari Gubernur Jawa Tengah untuk mengurangi penggunaan plastik. Sebab, plastik merupakan bahan yang susah diurai. Bahkan kantong plastik akan terurai ratusan hingga ribuan tahun.

“Biasakan gunakan tumbler atau gembes daripada minuman plastik. Sedikit langkah kita, tetapi terus mencoba untuk mengurangi penggunaan plastik. Begitupun dengan belanja, diusahakan membawa tas dari rumah,” ujarnya.

Kepala Desa Banyuanyar Komarudin ST menyambut baik terselenggaranya kegiatan nonton bareng layar tancap di Desa Banyuanyar. Walaupun Desa Banyuanyar dikenal dengan sebutan green smart village, yaitu desa yang sudah mempunyai jaringan internet di seluruh desa, tetap antusiasme menonton layar tancap dan pertunjukan rakyat. Diharapkan melalui forum semacam itu bisa menumbuhkan harmonisasi dan kekeluargaan antar masyarakat.

“Jangan sampai teknologi informasi memunculkan sikap egosentris. Kegiatan nonton bareng seperti ini merupakan salah satu menumbuhkan kekompakan dan meminimalkan hoaks,” tandasnya.

 

Penulis : Di, Diskominfo Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

 

 

 

 

Berita Terkait