Hindari Jadi Korban Medsos, Perlu Tim Siber PKK

  • 19 Mar
  • bidang ikp
  • No Comments

Ungaran – Apa yang harus kita lakukan saat menerima pesan yang isinya mengarah pada penipuan? Bagaimana cara kita mengatasi agar cucu tidak kecanduan ber-HP? Apakah kita bisa mengawasi kegiatan anak dan memantau posisi mereka? Bagaimana mengidentifikasi hoaks? Bagaimana cara bermedsos tanpa terpengaruh iklan yang mengandung pornografi?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut disampaikan dalam FGD “Cerdas Bermedia Sosial” yang diselenggarakan Diskominfo Jateng bekerja sama dengan TP PKK Provinsi Jateng, di Monumen PKK Ungaran, Selasa (19/3/2019). Maklum saja, perkembangan teknologi yang semakin canggih seringkali disalahgunakan sejumlah oknum.

Hal itu diakui Kepala Diskominfo Jateng Riena Retnaningrum. Menurutnya, media sosial sejatinya mempermudah orang untuk menyampaikan sebuah informasi. Namun di sisi lain, tingginya penggunaan media sosial juga memberikan risiko. Penyebaran informasi yang cepat dan tanpa sekat, membuat orang dengan mudah memroduksi dan menerima sebuah pesan melalui beberapa media sosial yang tidak difilter dengan baik. Sehingga berpotensi penyebaran konten negatif, pesan provokatif dan juga hoaks.

“Salah satu cara untuk menghindari hoaks adalah dengan melakukan cek dan ricek terhadap sebuah informasi, baik sebelum mengunggahnya maupun ketika mendapatkannya. Dengan begitu orang lain menikmati konten positif dari apa yang kita unggah,” bebernya.

Ditambahkan, TP PKK sebagai ujung tombak dari pelaksanaan program prioritas pembangunan di Jateng diharapkan ikut menyampaikan program-program pembangunan maupun keberhasilannya kepada masyarakat hingga tatanan terbawah, melalui medsosnya. Apalagi, berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2017, sebanyak 54,69 persen masyarakat di Indonesia merupakan pengguna internet, dan 87,12 persen di antaranya merupakan pengguna medsos.

“Sehingga kolaborasi Diskominfo dan Tim Penggerak PKK Jateng ini menjadi awal yang baik untuk memberikan literasi kepada masyarakat, khususnya kader PKK,” ujarnya.

Ketua Pokja I TP PKK Jateng Puji Suryo Banendro mengapresiasi respons cepat Diskominfo Jateng terhadap kondisi yang ada sekarang, dengan memberikan pengetahuan kepada kader PKK mengenai cara bermedia sosial yang bijak dan cerdas. Sebab, perempuan seringkali menjadi pelaku maupun korban medsos.

Melalui FGD tersebut, dia berharap bisa mengubah pola pikir dan perilaku kader PKK maupun masyarakat dalam bermedsos. Kader PKK juga diharapkan bisa terus menyebarkan virus kebaikan.

“Ini bonus dan mudah-mudahan bisa diterima dengan baik. Sebab, berkembangnya teknologi informasi memang menjadi kegelisahan kami, di mana perempuan seringkali menjadi pelaku maupun korban medsos,” ungkap Puji.

Praktisi komunikasi yang juga Widyaiswara BPSDM Jawa Tengah Martuti, mengingatkan, media sosial sebenarnya hanya media untuk berkomunikasi. Namun komunikasi yang terbaik adalah dengan hati.

Dia menyoroti aktivitas di rumah, di mana anggota keluarganya jarang berkumpul karena kesibukan masing-masing. Bahkan, meski berada di rumah, mereka berkutat dengan gawainya.

“Apakah kita masih memegang HP (handphone) ketika berkomunikasi dengan anak-anak? Di rumah biasakan tatap muka dengan keluarga. Ingat, rumah bukan tempat berkumpulnya kepala, tapi berkumpulnya hati. Medsos hanya media untuk komunikasi. Komunikasi yang terbaik adalah dengan hati,” tegasnya.

Bagaimana agar tidak kecanduan ber-gadget? Martuti menyampaikan, kecanduan terjadi karena kebiasaan. Kebiasaan terbentuk akibat perilaku dan pola pikir. Jika tidak ingin dirinya atau anak cucu kecanduan gadget, mulai gerakkan pola pikir dengan membuka komunikasi yang baik dengan keluarga, khususnya anak. Sampaikan jika semua anak hebat. Biasakan menggunakan kalimat positif, sampaikan berulang-ulang dengan sepenuh hati.

“Yang memutuskan berubah adalah diri kita, diri anak sendiri,” kata Martuti.

Sementara itu, Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pusat Andri Johandri pertanyaan yang disampaikan para kader tersebut mencerminkan kondisi riil di masyarakat. Di mana dampak internet sangat beragam. Namun, yang perlu ditekankan, mereka mesti cerdas menyikapi kondisi itu. Jangan begitu saja menyebarkan berita atau informasi, terlebih yang belum jelas kebenarannya atau hoaks.

“Orang nyinyir kalau ditanggapi akan makin nyinyir. Cara mengatasinya, menutup dengan menyebarkan berita-berita positif,” ujarnya.

Menurut Johan, setiap informasi yang diunggah bisa diketahui sumbernya. Ketika mendapati berita yang tidak jelas, atau dicurigai tindak penipuan, stop sampai di handphone sendiri. Tidak perlu membalas dan mengonfirmasi kepada si pengirim. Screenshoot informasi tersebut dan kirim ke aduankonten.id.

“PKK memang harus membentuk tim siber PKK, untuk menjaga kondisi di Jateng. Sehingga jika ada informasi positif, bisa disebarluaskan. Hati-hati juga, jangan menggunakan nama asli untuk akun medsos, jangan berikan nomor telepon kepada orang yang tidak dikenal, jangan share lock karena posisi ibu bisa dibaca orang,” tandas Johan. (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait