Hati-hati, Jangan Sampai Ibu Hamil Malas Makan karena “Gawan Bayi”

  • 06 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

REMBANG – Malas makan saat hamil dengan alasan gawan si jabang bayi, mungkin dialami sejumlah ibu yang tengah mengandung bayinya. Tapi, hati-hati, jangan sampai hal itu justru berdampak pada terhambatnya tumbuh kembang bayi, termasuk mengakibatkan anak stunting.
Pesan itu disampaikan Sanggar Budaya Sendangasri, Lasem, Rembang, pada Sosialisasi Penanganan Stunting, di Desa Wisata Sendangasri, Senin (5/12/2022) malam. Diceritakan, Kemuning yang tengah hamil, seringkali makan nasi dengan lauk kerupuk karak (gendar), dan kelapa parut. Ketika ketahuan bapaknya, Kemuning berdalih jika itu gawan bayi alias keinginan janin dalam kandungannya.
Namun, ternyata setelah lahir, tumbuh kembang buah cintanya dengan Wijangko tersebut justru terhambat. Hingga usianya sembilan tahun, fisiknya dan kemampuan berpikirnya tak seperti anak pada umumnya.
Usut punya usut, dalam menjalani kehamilannya, Kemuning tak mendapat perhatian penuh dari suaminya, Wijangko. Sang suami justru berpaling pada wanita lain, sehingga Kemuning abai dengan kehamilannya. Ketika anaknya tak tumbuh dengan normal, Wijangko justru sering menganiaya anak istrinya, hingga mertuanya mengetahui kelakuan buruknya, hingga akhirnya Wijangko bertobat.
Wakil Bupati Rembang Mochamad Hanies Cholil Barro’, yang hadir, mengapresiasi sosialisasi yang dilakukan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Tengah, dengan melibatkan kesenian tradisional. Penyampaian pesan menggunakan bahasa setempat, menurutnya, dapat lebih mudah dipahami masyarakat. Terlebih, dengan tema stunting yang terus digarap serius mulai dari pemerintah pusat sampai daerah.
“Kami tidak ingin di tahun 2045, saat menyambut Indonesia Emas, generasi kita menjadi generasi yang jauh dari harapan, generasi yang lemah. Makanya, kita serius mencegah stunting,” bebernya.
Ditambahkan, penanganan stunting dimulai sejak perempuan sebelum menikah, dengan melakukan pendampingan, mencegah pernikahan usia anak, memberikan pengetahuan soal pernikahan. Sehingga mereka siap saat nantinya menikah, hamil, dan melahirkan anak, dengan memperhatikan asupan gizi setidaknya pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK)
“Banyak program yang dilakukan pemerintah. Seperti Jateng Nginceng Wong Meteng, aja rabi bocah, dan di Rembang sendiri ada inovasi Telponi, yakni temokno (menemukan kasus), laporno (laporkan), dan openi (tangani), yang semula untuk menekan angka kematian ibu, bayi, dan balita, sekarang mengarah untuk penanganan stunting,” tutur Gus Hanies, sapaan wabup.
Dia mengungkapkan, kasus stunting di Rembang yang terus menurun hingga pada September 2022, tinggal 11,8 persen atau sekitar 4.400 kasus stunting. Jumlah itu jauh lebih kecil dibandingkan pada 2020 lalu, yang tercatat 27 persen. Kendati begitu, pihaknya terus berupaya menekan stunting hingga tidak ada lagi kasus baru.
Senada, Sekretaris Diskominfo Jateng Hermoyo Widodo, menambahkan, pentingnya pencegahan stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak, di mana tinggi badan anak lebih pendek (kerdil) dari standar usianya akibat kekurangan gizi kronis. Sebab, stunting tak hanya menghambat tumbuh kembang anak, tapi mengakibatkan kemampuan kognitif berkurang, fungsi tubuh tak seimbang, sehingga membuat anak mudah sakit, termasuk berisiko tinggi mengalami gangguan pencernaan.
Karenanya, Hermoyo mengajak masyarakat untuk mencegah stunting, antara lain, mencegah pernikahan usia anak karena organ reproduksi kurang siap, mencegah anemia pada remaja putri dengan asupan gizi seimbang dan konsumsi tablet zat besi. Awasi dan damping ibu hamil agar mengonsumsi gizi yang mencukupi, pemenuhan gizi keluarga dan hidup sehat, mendorong ketersediaan pangan bergizi, serta optimalisasi layanan kesehatan
“Pemprov Jateng juga telah melakukan berbagai program. Seperti, Jo Kawin Bocah  untuk cegah pernikahan anak, literasi kesehatan remaja untuk mencegah anemia remaja putri, Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng untuk mengawasi dan mendamping ibu hamil, Gerakan Masyarakat Sehat atau Germas untuk mendorong pemenuhan gizi keluarga dan hidup sehat. Ada pula Posyandu untuk optimalisasi layanan kesehatan bagi masyarakat, serta mendorong ketersediaan pangan bergizi,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu juga dilakukan pemutaran film dan iklan layanan masyarakat mengenai stunting. Termasuk, pesan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam pencegahan stunting. (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait