Harga Kepokmas Stabil, Cabai Perlahan Turun

  • 30 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Selama Natal dan menjelang Tahun Baru 2018, harga kebutuhan pokok masyarakat relatif stabil. Hanya dua komoditas yang harganya sempat mengalami sedikit kenaikan, yakni cabai dan telur.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah Muhammad Arif Sambodo SE MSi menyampaikan, beberapa waktu terakhir harga cabai sempat naik sedikit. Namun saat ini sudah perlahan turun.

Dia menunjuk contoh harga cabai merah teropong dari Rp 27.800 per kilogram turun menjadi Rp 26.000 per kilogram. Cabai merah keriting pun sudah selisih sekitar Rp 1.600 -an per kilogram dibandingkan beberapa hari lalu. Sementara, cabai rawit merah yang sempat menembus Rp 43.000 per kilogram kini dijual Rp 40.000 per kilogram.

“Tampaknya pasokan-pasokan mulai berdatangan untuk cabai. Ada dari Jawa Tengah, tapi kemarin di (Pasar) Johar cabai teropong ada pula yang dari Bali,” bebernya, Sabtu (30/12).

Diungkapkan, kenaikan cabai bukan karena produk yang menghilang, melainkan karena permintaan bertambah. Tak hanya dalam menghadapi peringatan Natal dan Tahun Baru, pada bulan ini juga banyak warga yang menggelar pesta pernikahan maupun lainnya.

Mengenai harga telur, Arif mengakui, di samping permintaan yang tinggi, kenaikan telur juga saat ini juga bergerak ke harga keekonomian. Memang, harga telur menunjukkan fenomena yang khusus. Ada saatnya harga telur nge-drop, seperti yang terjadi sekitar empat bulan lalu di mana mencapai Rp 17.000 per kilogram sampai-sampai mengundang protes dari peternak, namun ada saatnya naik yang pada kondisi tertentu akan stabil.

“Ini ciri khas tersendiri untuk telur, terutama telur ayam ras. Kalau telur ayam kampung relatif stabil. Sekarang telur ayam ras sekitar Rp 24.000 per kilogram, ada juga yang Rp 23.000-an per kilogram,” bebernya.

Kendati begitu, imbuh Arif, pihaknya selaku anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), bersama Bulog dan Satgas Pangan dari Kepolisian terus turun ke lapangan untuk memantau dan mengawal kestabilan harga kepokmas, terutama beras. Apalagi, stok beras saat ini terhitung aman hingga panen raya Maret-April mendatang.

Untuk mengantisipasi kenaikan harga beras yang selalu terjadi pada awal tahun, sejak Jumat (29/12) dilakukan operasi pasar, khususnya beras medium. Ada kecenderungan yang terjadi di beberapa daerah, di mana beras medium dijual melebihi harga eceran tertinggi (HET). Di Jawa Tengah HET beras medium Rp 9.450 per kilogram, tapi di pasaran ada yang harganya mencapai Rp 11.000 per kilogram.

“Karenanya, ada penugasan dari pusat kepada Bulog untuk menggelontorkan operasi pasar dengan cadangan beras dari pemerintah, atau beras komersial yang masih di bawah HET. Sehingga harga beras terkendali,” ungkap mantan Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi Jawa Tengah ini.

Operasi pasar beras akan dilakukan hingga akhir Januari 2018 di 57 titik pada enam daerah yang menjadi indikator inflasi. Yakni, Kota Semarang, Surakarta, Tegal, Kabupaten Kudus, Pekalongan, dan Banyumas.

Tak hanya stok beras yang aman, persediaan gula pun, menurut Arif, mencukupi. Berdasarkan data akhir November lalu, stok gula di gudang Bulog mencapai 42 ribu ton, cukup untuk beberapa bula mendatang.

“Karenanya masyarakat tidak perlu panic buying. Dan memang masyarakat kita cenderung tidak panik karena memang tidak ada gejolak harga yang terlalu tinggi. Teman-teman TPID dan Satgas Pangan akan terus mengawal harga dan stok pangan. Mafia-mafia mesti berhitung dua kali lipat kalau mau menimbun,” tandasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait