GSPI Dekatkan Pemuda pada Persoalan Bangsa

  • 04 Apr
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Bepergian ke luar pulau, merupakan pengalaman perdana Delinder Koromat, mahasiswa semester IV Universitas Cendrawasih Papua. Karenanya, pemuda asal Abepura ini antusias mengikuti serangkaian kegiatan Gladian Sejarah Pemuda Indonesia (GSPI).

Dijumpai saat pembukaan GSPI di Grhadhika Bhakti Praja, Kamis (4/4/2019), dia menyampaikan rasa syukur diberikan kesempatan mengikuti ajang yang melibatkan ratusan pemuda dari berbagai provinsi se-Indonesia itu. Menurutnya, kegiatan tersebut tak sekadar menambah pengalaman, tapi juga ilmu, terutama sejarah.

“Ini pengalaman baru untuk menambah ilmu, juga pengalaman sejarah di Semarang dan daerah lain. Meneliti tentang kebudayaan masyarakat selama saya tinggal di kecamatan, atau saat berkunjung ke tempat lain. Setelah dari sini, saya akan bagikan pengalaman ini pada teman-teman yang tidak berangkat,” bebernya.

Hal senada juga disampaikan Aity Putri, mahasiswa Universitas Negeri Makassar. Dia yang sudah empat semester ini menekuni ilmu sejarah merasa tepat mengikuti ajang tersebut. Apalagi sejarah merupakan identitas bangsa yang tak boleh dilupakan, termasuk oleh pemuda. Event itu pun juga menjadi ajang silaturahmi pemuda yang menekuni bidang sejarah.

“Di Semarang, saya ditempatkan di Kecamatan Mijen. Saya sudah siap karena anak sejarah harus siap di manapun. Berbicara tentang sejarah, nenek moyang kita juga siap ditempatkan di manapun,” kata gadis berhijab ini.

Dalam sambutannya yang dibacakan Plh Sekda Provinsi Jawa Tengah Sarwa Pramana, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo merasa bangga terhadap ratusan pemuda hebat yang siap sedia berkontribusi terhadap kemajuan daerah, bangsa dan negara melalui GSPI.

“GSPI 2019 ini jos banget, memberi kesempatan kepada pemuda dari seluruh Indonesia untuk saling berinteraksi dengan sesama pemuda maupun dengan warga secara langsung,” ujar gubernur.

Ditambahkan, selama berada di Semarang, mereka diberi kesempatan untuk mengidentifikasi permasalahan masyarakat, mempelajari keunikan dan kondisi wilayah Kota Semarang yang memiliki nilai sejarah, sosial, budaya dan adat istiadat. Sehingga, pemuda dapat berpartisipasi dalam mewujudkan Pemuda yang Nasionalis, Berkarakter dan Berbudaya.

“Inilah marwah pemuda Indonesia yang telah diwariskan oleh para pendahulu kita dan harus terus kita rawat bersama,” tuturnya.

Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Nyoman Shuida, menambahkan penyelenggaraan GSPI untuk mendekatkan para pemuda pada persoalan bangsa. Sehingga mereka dapat ikut mencari solusinya.

“Kami undang pemuda dari 34 provinsi dan dari Jawa Tengah, untuk mengenal budaya masing masing agar berkarakter, nasionalis dan berbudaya. Kita melihat sekarang problematika kita pada toleransi, hoaks, narkoba, dan lainnya yang menyangkut integritas,” terangnya.

Diharapkan, setelah acara itu pemuda akan menjadi agen perubahan, menjadikan negara ini lebih baik. Mereka diharapkan membawa nilai-nilai pendidikan karakter, nilai kebudayaan, penguatan nasionalisme.

Nyoman menerangkan, selama empat hari para peserta GSPI tinggal di rumah penduduk, berinteraksi dengan warga sekitar. Mereka juga diajak ke tempat-tempat yang inspiratif.

Mengapa Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang yang dipilih menjadi tuan rumah? Menurut Nyoman, sejarah Jawa Tengah mewarnai kehidupan bangsa. Banyak tokoh nasional yang lahir di provinsi ini. Kelebihan lain, provinsi ini memiliki keragaman yang tinggi, respons pemerintah bagus, sehingga Jawa Tengah dinilai cocok menjadi pionir.

“Mereka diharapkan bisa bawa pesan-pesan yang khas remaja. Baik mengenai keberagaman, toleransi, hidup sehat, berkarakter, dan yang paling penting berbudaya,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengapresiasi kegiatan yang berlangsung di Kota ATLAS ini. Sebanyak 16 kecamatan dan 55 kelurahan telah disiapkan untuk aktivitas para pemuda itu. Mereka diharapkan bisa memanfaatkan waktu, melaksanakan program yang telah direncanakan bersama warga.

“Apalagi, warga di Kota Semarang ini beragam. Ada yang di pesisir, perkotaan, dataran tinggi, yang semuanya memiliki karakter dan kehidupan yang berbeda-beda. Saya berharap mereka bisa berinteraksi, memberikan pesan-pesan terhadap milenial di Kota Semarang,” tandas Wawali. (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait