Buah Wuni yang Makin Langka pun Ada di Festival Buah Jateng

  • 07 Mar
  • bidang ikp
  • No Comments

UNGARAN – Siapa yang mengenal buah wuni atau buni? Seperti apa bentuknya dan bagaimana rasanya?
Ya, belakangan ini buah wuni semakin sulit diperoleh. Bahkan bisa jadi, para generasi muda, khususnya yang tinggal di perkotaan, tak lagi mengenal buah wuni. Namun, di Festival Buah V Jawa Tengah yang berlangsung di Alun-alun Bung Karno Ungaran, Kabupaten Semarang, 7-8 Maret 2020, masyarakat bisa melihat, bahkan mencicipi buah wuni. Seperti di stand Champion Cabe Kabupaten Magelang.
Di stand tersebut, buah wuni digunakan sebagai hiasan pada langit-langit. Mereka yang tidak mengetahui, pasti mengira jika buah kecil berwarna kemerahan dan ungu ini bisa dimakan. Bahkan dipercaya mencegah sejumlah penyakit.
Ketua Champion Cabe Kabupaten Magelang Sudarno membeberkan, pihaknya sengaja menggunakan buah wuni sebagai dekorasi langit-langit stand, sekaligus napak tilas masa kecilnya. Menutnya, buah wuni memiliki fungsi sebagai naungan, tempat berteduh, dan memiliki khasiat untuk kesehatan. Seperti, mencegah asam lambung dan diabetes.
Ditambahkan, buah tersebut semakin jarang dijumpai di pasaran. Bahkan, buah langka dari Magelang ini diprediksi hanya tersisa sekitar enam pohon. Buahnya pun tak keluar terus menerus.
Buah wuni akan mulai berbunga pada dua bulan awal musim penghujan. Buah itu baru bisa dipanen setelah tiga bulan berbunga, dan akan habis dua bulan setelahnya. Rasa buah tersebut khas, asam dengan sedikit sepet, menyerupai rasa buah jamblang. Buah wuni lebih banyak dikonsumsi dengan sambal gula untuk rujak. Jika ingin rasanya tak terlalu sepet, makan setelah warnanya ungu gelap. Selain dikonsumsi langsung, Wuni juga bisa difermentasikan untuk dijadikan anggur.
Sudarno membeberkan, adanya Festival Buah dapat meningkatkan semangat petani-petani sekaligus memperkenalkan buah langka, agar dapat dibudidayakan lagi.
Keberadaan wuni di langit-langit stand mengundang perhatian pengunjung. Tak jarang, buah itu menjadi latar belakang berfoto.
Siti Hajar salah satunya. Pengunjung asal Ungaran ini tidak mengira benda-benda di langit-langit stand adalah buah langka yang bisa dinikmati dan berkhasiat. Wanita ini bahkan belum pernah mendengar nama buah wuni, dan menjumpainya.
“Aku pikir ini tadi hiasan kok banyak banget (sambil menunjuk buah wuni yang bergantungan). Di Ungaran belum pernah lihat. Bagus sih, beda dari yang lain. Menurutku unik sendiri. Kelihatan kayak buah yang ada di tanaman teh-tehan, tapi warnanya kayak buah duwet. Ini versi kecilnya, ada yang merah ada yang item,” terangnya.
Menurut Siti, ajang Festival Buah penting bagi masyarakat karena tak hanya mendorong anak-anak dan warga untuk makan buah dan sayur, tapi juga mengenalkan buah lokal yang sulit ditemukan. Tak hanya itu, masyarakat juga diajak untuk bisa menanamnya.
“Kita juga harus bisa melestarikan agar ini terjaga sampai anak cucu kita, khasiatnya buah seperti ini. Jadi nggak cuma makanan instan, harus rajin banget makan buah dan sayur karena sehat,” tambahnya. (Hi/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait