Yuk, Cegah Kusta dengan Jaga Kebersihan Diri dan Lingkungan

  • 13 Jul
  • yandip prov jateng
  • No Comments

KOTA PEKALONGAN – Jangan anggap remeh bercak putih yang muncul di kulit. Bisa jadi, itu adalah gejala awal penyakit kusta, infeksi pada saraf dan kulit yang disebabkan oleh mycobacterium leprae.

Pengelola Program Kusta pada Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, Indayah Dewi Tunggal menjelaskan, penyakit kusta bukanlah penyakit keturunan. Kusta merupakan penyakit tropis yang bisa menular melalui kontak langsung, intensif, dan dalam jangka waktu lama dengan penderita.

“Penyakit kusta ditularkan melalui droplet dari hidung dan mulut, berkontak dekat dalam waktu yang lama selama berbulan-bulan, tinggal serumah dengan seseorang yang terkena kusta yang tidak diobati menjadi faktor risiko penularan,” bebernya saat ditemui usai kegiatan Rapid Village Survey (RVS) di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, beberapa waktu lalu.

Dijelaskan, terhitung Januari-Juni 2023, terdapat 20 orang penderita baru penyakit kusta di Kota Pekalongan, sementara jumlah penderita kusta yang masih dalam tahap pengobatan sebanyak 64 orang. Dengan kata lain, angka prevalensi kusta di Kota Pekalongan sebesar 2 persen.

Indayah memaparkan, penyakit kusta terdiri dari dua jenis. Pertama, jenis pausibasiler, yakni jenis kusta dengan bercak pada kulit berjumlah 1-5 titik. Penderita cenderung merasakan mati rasa pada lokasi yang jelas dan terdapat kerusakan pada satu saraf saja.

Jenis kedua, imbuhnya, adalah kusta multibasiler, yakni munculnya bercak pada kulit dengan jumlah lebih dari lima lokasi. Penderitanya akan merasakan mati rasa di kulit namun tidak bisa menjelaskan areanya dengan tepat karena bakteri leprae sudah menyerang banyak cabang saraf.

Indayah menambahkan, gejala fisik yang umumnya dirasakan oleh penderita kusta, selain mati rasa di kulit, adalah penebalan pada kulit dan kerontokan rambut. Apabila seseorang mengalami gejala tersebut maka harus segera memeriksakan diri di fasilitas kesehatan, terutama pemeriksaan histopatologis, bakterioskopik, dan darah.

“Apabila diagnosanya positif, maka penderita akan diobati menggunakan antibiotik minimal selama enam bulan. Tujuan dari pengobatan sendiri selain untuk menyembuhkan penderita juga akan memutus rantai penularan guna mencegah dampak yang lebih buruk seperti kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan permanen pada saraf,” katanya.

Menurutnya, penyakit kusta dan penularannya dapat dicegah dengan menjaga kebersihan lingkungan di wilayah serta menjaga daya tahan tubuh. Selain itu, orang yang berkontak erat dengan penderita kusta akan diberikan perawatan kemoprofilaksis, yakni konsumsi obat rifampisin dosis tunggal untuk menghindari munculnya kasus baru.

“Pencegahan kusta bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri terutama bagian kulit, makan makanan bergizi. Jangan malas untuk mandi minimal 2 kali sehari,” pungkasnya.

Penulis: Dian, Kontributor Pekalongan
Editor: Tn, Diskominfo Jateng

Berita Terkait