Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
WUJUD SYUKUR UMAT BUDDHA ATAS PENGABDIAN PUTERA DAERAH BOYOLALI
- 03 Nov
- dev_yandip prov jateng
- No Comments

BOYOLALI – Dengan dibangunnya lima tempat ibadah di Komplek Perkantoran Kabupaten Boyolali, terdapat satu lagi wujud dari kerukunan dan harmonisasi adanya keanekaragaman agama di Kabupaten Boyolali. Kali ini umat Buddha yang menyelenggarakan perayaan Hari Raya Kathina sekaligus syukuran 48 Tahun Pengabdian Bhikkhu Jinadhammo Mahathera, yang dilaksanakan di Vihara Abhayagiri Samodra Bhakti Kompleks Perkantoran Kabupaten Boyolali, Rabu (1/11) malam.
Perayaan Kathina yang diselenggarakan oleh Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI) dan Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha (STIAB) Smaratungga Boyolali ini merupakan salah satu wujud ungkapan rasa terima kasih dan penghormatan umat Buddha kepada anggota Sangha (persaudaraan suci para bhiksu / bhiksuni), setelah para anggota Sangha menjalankan masa vassa (berdiam) selama tiga bulan di suatu wilayah tertentu.
Wakil Bupati (Wabup) M. Said Hidayat menuturkan bahwa inilah satu cerminan nilai kerukunan yang tertanam di Kabupaten Boyolali. Satu wujud langkah ke depan dengan menjaga nilai kekeluaragaan, persaudaraan, persatuan dan kesatuan dalam perbedaan, tetap harus disadari bahwa kita semua berdiri di atas tanah yang sama bernama Indonesia.
“Inilah satu kewajiban kita melalui tokoh agama kita tebarkan jadikan corong pemersatu bangsa, tebarkan nilai kedamaian,” ungkap Wabup.
Acara yang diikuti oleh sekitar tiga ribu umat Buddha dari Boyolali dan juga luar daerah ini dirangkai dengan syukuran serta penghormatan umat Buddha, dimana Bhikkhu Jinadhammo atau yang akrab disapa “Eyang’ merupakan putra daerah Boyolali.
Hal yang membanggakan Boyolali, Sang Eyang juga merupakan sesepuh Sangha Agung Indonesia (SAGIN) yang pada tahun ini telah menjalankan 48 vassa (1970 – 2017).
Sang Eyang juga berpesan agar semua umat mampu melestarikan sampai kebersamaan. “Kami merasa senang, saya tidak mengira Boyolali punya agama yang komplit. Pemerintah juga ternyata memperhatikan umat Buddha dengan bagaimana cara agar tidak membeda bedakan antar satu dengan yang lainnya,” ujar Bhikkhu Jinadhammo.
Untuk menutup gelaran bagi umat Buddha tersebut, acara dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit dengaen lakon “Mbangun Candi Sapta Arga” oleh Ki Dalang Suparwanto dari Sukoharjo.