Warna-Warni Pengenalan Sekolah, Mulai dari Simulasi Gempa hingga Edukasi Kesehatan Reproduksi

  • 24 Jul
  • yandip prov jateng
  • No Comments

BATANG – Suara gemuruh, tanah bergoyang, dan raungan sirine sontak membuat para pelajar SMPN 7 Batang bergegas mencari tempat berlindung. Namun, gegeran tersebut bukan kejadian nyata, melainkan bagian dari simulasi mitigasi gempa, untuk melatih kesiapsiagaan pelajar ketika bencana datang.

Kepala SMPN 7 Batang, Moehammad Santoso, mengatakan, simulasi mitigasi bencana tersebut melibatkan tim perwakilan dari Stasiun Geofisika Banjarnegara. Pelaksanaan simulasi memanfaatkan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), sehingga tidak mengganggu waktu belajar anak.

“Ini baru pertama kali. Respons anak cepat beradaptasi, supaya mereka bisa menyikapi apabila terjadi gempa susulan,” bebernya, usai simulasi mitigasi gempa, di halaman SMPN 7 Batang, Selasa (23/7/2024).

Salah seorang siswa SMPN 7 Batang, Andrea mengakui, simulasi ini merupakan yang pertama kalinya didapat langsung dari pihak BMKG.

“Kami jadi tahu caranya berlindung ketika ada gempa. Jadi tidak perlu nangis atau merepotkan orang lain, dan mencegah bertambahnya korban jiwa,” ujarnya.

Staf Operasional BMKG Banjarnegara, Yusuf Nur Perkasa, menerangkan, melalui program BMKG Goes to School, pihaknya mengedukasi para pelajar agar mampu mengambil langkah cepat, ketika bencana muncul.

“Mereka kami edukasi ketika ada gempa harus berlindung di bawah kolong meja, lindungi kepala. Saat gempa reda segera menuju titik kumpul,” bebernya.

Ia mengimbau pihak sekolah untuk menyediakan rambu-rambu titik kumpul dan jalur evakuasi, mengingat Kabupaten Batang termasuk daerah rawan bencana.

 

*Edukasi Reproduksi*

Sementara itu, para pelajar SMA Islam Ahmad Yani Kabupaten Batang mengikuti MPLS dengan belajar tentang kesehatan reproduksi. Materi tersebut disampaikan oleh perwakilan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Perlindungan Perempuan dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) setempat.

Kepala SMA Islam Ahmad Yani Batang, Agung Prayogi menyampaikan, MPLS tidak boleh menjadi ajang perundungan, bahkan perploncoan. MPLS harus bersifat mendidik dan menyenangkan.

“MPLS bagi siswa baru direalisasikan dalam bentuk kegiatan edukatif, menarik, dan kreatif. Salah satunya pendidikan kespro,” katanya, saat ditemui di kantornya, Selasa (23/7/2024).

Perwakilan dari DP3AP2KB Batang, Retno Nendra, menyampaikan pentingnya pelajar untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada fisik ketika memasuki masa pubertas, termasuk tentang bahaya pergaulan bebas dan risiko penularan HIV/AIDS.

“Mereka harus tahu apa saja perkembangan yang ada pada fisik ketika memasuki masa remaja. Jadi mereka harus bisa menjaganya agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Apalagi, sekarang sangat rawan adanya pergaulan bebas yang nantinya akan merugikan adik-adik semua,” tegasnya.

Aktivis HIV/AIDS, Muhammad Afif, berharap edukasi tentang pendidikan kesehatan reproduksi tidak lagi dianggap sebagai hal yang tabu karena sangat penting bagi pengetahuan remaja.

“Ke depan, edukasi semacam ini bisa dirutinkan untuk mengedukasi anak tentang kespro dan menjaga diri dari pergaulan bebas,” tandasnya.

Penulis: Heri, Kontributor Batang/
Editor: Tn/Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait