Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
TUMBUH KEMBANGKAN BUDAYA, KARATON AMARTA BUMI LIMBANGAN GELAR RUWATAN
- 08 Dec
- yandip prov jateng
- No Comments

KENDAL ( Limbangan ) – Karaton Amarta Bumi Limbangan ( Kampung Jawa Sekatul ) di Desa Margosari Kecamatan Limbangan, Jumat (7/12/2018) di Rumah Jawa Sekatul menggelar kegiatan ruwatan dalam rangka menumbuhkembangkan budaya terutama Jawa yang adilluhung dan bernilai tinggi.
Kegiatan dimulai di Kampung Jawa Sekatul dilanjutkan dengan kegiatan di Gedong Songo Kabupaten Semarang. Kegiatan tersebut menurut Camat Limbangan Widodo, S.Sos diikuti segenap pecinta budaya Nusantara di sleuruh Indonesia.
Menurut pemilik Kampung Jawa Sekatul, Kanjeng Pangeran Harya Adipati (KPHA) Djojo Nagoro, ruwatan merupakan ritual khusus yang bertujuan untuk membersihkan diri dalam tradisi Jawa atau biasa disebut ruwatan makin terkikis oleh budaya praktis. Padahal tradisi ruwatan memiliki makna mengajar manusia untuk membersihkan diri, berbuat baik, berhati-hati dan menghindarkan diri dari sengkala.
“Ruwatan tradisi yang dijunjung tinggi orang Jawa untuk membersihkan dari dosa dan kesalahan agar terhindar dari sengkala atau rintangan hidup yang diakibatkan energi negatif dalam diri,” terangnya.
Prosesinya bisa dilakukan dengan banyak hal, mulai dari upacara pagelaran wayangan, upacara sesaji dan berkorban, mandi kembang setaman, memakai pakaian serba putih dan ritual doa memohon keselamatan pada sang hyang widi yakni Dewi Sri (dewi pemberi rezeki) dan menjauhkan dari batarakala atau berbagai keburukan yanng dapat menimpa seseorang. “Tradisi ruwatan itu dilakukan sesuai tradisi yang ada. Misalkan hanya memiliki satu anak baik perempuan atau laki-laki maka disebut ontang-anting. Anak itu harus diruwat agar terhindar dari segala mara bahaya,” jelasnya.
Ruwatan juga berlaku bagi pasangan pengantin yang ingin menikah. Yakni dengan melihat hari kelahiran masing-masing calon. “Memang terkesan tradisi Jawa ribet, tapi sebetulnya ini adalah upaya berhati-hati agar hidupnya bisa selamat,” tandasnya.
Sekarang ini, ruwatan yang memiliki nilai tinggi dan mengajarkan manusia akan kebaikan tersebut justru banyak ditinggalkan oleh masyarakat Jawa. Ibarat kata, ruwatan adalah sikap pasrah terhadap ketentutan Tuhan disertai dengan doa dan perilaku kebaikan agar terhindar dari keburukan.
Sementara, kegiatan ruwatan berlangsung 3 hari dari 7 hingga 9 Desember 2018. Selain kegiatan ruwatan sendiri, Sabtu digelar Lomba Panahan Adu Tangkas dan Lomba Macapat dan Geguritan.
Pada Sabtu malam, berlangsung kegiatan Wiyosan Ndalem Sinuwun Sri Anglung Prabu Punta Djaja Negara Cakra Buwana Giri Nata. Sementara pada Minggunya, digelar Pagelaran Tari Rakyat Segara Gunung, Lomba membatik, Lomba Melukis dan Baca Puisi, Tema Perdamaian oleh anak anak Yatin Piatu.
Kegiatan dihadiri pejabat dari Pemprov Jateng, Camat Limbangan mewakili Bupati Kendal, AA Putra DN Puri Pamecatan Denpasar, AA Panji Astika Puri Anom Tabanan, AA Erwan Puri Karambitan, Cok Nindya Puri Peliatan Ubud, P Nardi Gong Pancasila Jakarta, Yayasan Kupu – Kupu dari Belanda, YM Parma Yayasan Madu sekar Pamekasan Madura, YM Indra Usman, YM Indra Syahdan Muhamad Kerajaan Indra Pura. ( heDJ )