Tingkatkan Kesadaran Deteksi Dini Kanker Payudara dan Serviks

  • 17 Nov
  • yandip prov jateng
  • No Comments

REMBANG – Kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker serviks melalui metode inspeksi visual dengan asam asetat (IVA), dan deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan payudara klinis (Sadanis) ataupun pemeriksaan payudara mandiri (Sadari) masih rendah. Padahal, tingkat kematian akibat kanker payudara dan serviks tergolong tinggi.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang dr Ali Syofi’i pada seminar upaya deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara, di Hotel Fave Rembang, Selasa (15/11/2022). Menurutnya, kanker payudara menjadi penyakit terbanyak yang menyerang wanita, sekaligus paling tinggi tingkat kematiannya. Sedangkan kanker serviks menempati urutan ketiga untuk tingkat kematian, setelah kanker paru di urutan kedua.

“Artinya tingkat bahayanya begitu tinggi. Penyakit payudara secara global tidak kurang 2,3 juta kasus baru tiap tahun. Dari jumlah itu, 685 ribu (orang) meninggal dunia, kira-kira 22 persennya meninggal dunia. Prediksinya, 2040 meningkat 3 juta kasus tiap tahun, dengan tingkat kematian sepertiganya,” ungkapnya.

Dengan demikian, lanjutnya, harus ada langkah pencegahan, agar penyakit kanker payudara tidak meningkat. Begitupun dengan pencegahan kanker serviks yang secara global ada 1,4 juta kasus baru per tahun dengan tingkat kematian 50 persen.

Disampaikan, untuk mencegah penyakit kanker tersebut, pihaknya akan terus mengampanyekan terkait pola hidup sehat, serta penanganan kasus untuk meningkatkan persentase kesembuhan deteksi dini, dan pengobatan atau terapi yang tepat menjadi kunci.

“Kanker memiliki tingkat keparahan secara bertahap, mulai stadium satu sampai empat. Kalau ditemukan sejak dini maka tingkat sembuhnya lebih tinggi, namun ketika diketahui sudah stadium lanjut atau 3 dan 4 maka kemungkinan sembuhnya lebih rendah, dan di negara berkembang seringnya didetekti udah stadium 2 ke atas,” tuturnya.

Ditegaskan, masyarakat sudah bisa melakukan pemeriksaan untuk kedua penyakit kanker tersebut di 14 puskesmas. Pihaknya akan segera menyusulkan tiga puskesmas yang belum, yakni Puskesmas Bulu, Sale, dan Kragan 1, agar segera dapat melayani Sadanis dan tes IVA.

“Cek Sadanis dan IVA ini sudah dapat di-back up oleh BPJS kesehatan dengan kartu JKN. Bagi yang belum atau tidak memiliki kartu JKN, maka membayar sesuai ketentuan yang berlaku. Namun di Rembang ini, sudah hampir seluruh warga Rembang sudah terlindungi JKN,” jelasnya.

Lebih lanjut, dr Ali mengungkapkan, di Kabupaten Rembang, baru 274 orang yang melakukan pemeriksaan IVA dan Sadanis. Untuk itu, pihaknya mengundang berbagai organisasi wanita yang tergabung dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW) agar dapat mengajak ibu-ibu di organisasinya, untuk mau melakukan deteksi dini kanker serviks dan payudara.

“Ayo jadikan pemeriksaan Sadanis dan IVA sebagai kebutuhan dan gaya hidup, sedangkan di negara maju sudah seperti itu,” ungkapnya.

Peserta dari Ikatan Wirausaha Perempuan Indonesia (Iwapi) Touriana Palupi mengaku, sudah rutin mengikuti pemeriksaan IVA dan Sadanis. Namun, masih banyak temannya yang cenderung takut dan malu untuk cek papsmear dan IVA.

“Sepengetahuan saya masih banyak yang takut dan malu. Sebenarnya nggak apa-apa, karena kalau penyakit ini terdeteksi sejak dini, maka kemungkinan sembuhnya tinggi,” ungkapnya.

Penulis: Mif/Rud, Kominfo Rembang
Editor: Di, Diskominfo Jateng

Berita Terkait