Tekan Lumpy Skin Disease, Pemkab Sragen Terus Gencarkan Vaksinasi

  • 01 Feb
  • yandip prov jateng
  • No Comments

SRAGEN – Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati meminta pemilik hewan ternak sapi dan kerbau untuk meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit “Lumpy Skin Disease” (LSD). Sampai saat ini, upaya pencegahan dilakukan Pemkab Sragen dengan sosialisasi LSD, dan vaksinasi LSD.

Pesan itu disampaikan Yuni saat memberikan arahan dalam acara sosialisasi LSD kepada perwakilan peternak sapi wilayah eks kawedanan Gemolong di Kantor Kecamatan Gemolong, Selasa (31/1/2023).

Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Sragen per tanggal 31 Januari 2023 ada 781 ekor sapi yang terkonfirmasi LSD. Rinciannya, kasus aktif sebanyak 761 ekor, penambahan kasus dalam satu hari sebanyak 11 ekor, sembuh 12 ekor, dan mati sebanyak delapan ekor (dipotong tiga ekor, mati tiga ekor).

Karena terus meningkatnya kasus LSD yang terjadi pada hewan ternak sapi dan kerbau tersebut, Pemkab Sragen melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) terus menggencarkan vaksin untuk menekan kasus.

Yuni menuturkan, total populasi hewan ternak sapi di Kabupaten Sragen sebanyak 77.480 ekor, Pemkab Sragen menarget 50% dari populasi itu tervaksinasi LSD.

“Beberapa wilayah di 20 Kecamatan di Sragen sudah mulai kami lakukan vaksinasi bagi sapi yang sehat, total yang sudah tervaksin sejumlah 4.102 ekor,” paparnya.

Sementara bagi sapi maupun kerbau yang telah terinfeksi LSD, Bupati mengatakan Pemkab akan memberikan bantuan subsidi untuk satu kali paket pengobatan.

“Satu sapi perlu empat hingga lima kali pengobatan baru bisa dinyatakan sembuh. Dan satu kali pengobatan itu satu paketnya senilai Rp100 ribu hingga Rp150 ribu,” ujar Yuni.

Selain itu, lanjutnya, DKPP juga telah membuka hotline 24 jam untuk merespon aduan dari masyarakat terkait LSD maupun PMK.

“Jika ada sapi / kerbau milik pribadi, tetangga yang sakit segera lapor dengen menghubungi nomor 08121530916 (WhatsApp). Insyaallah semua aduan akan direspon dengan cepat,” katanya.

Lebih lanjut Yuni mengatakan, meski penyakit LSD bukan penyakit zoonosis atau tidak menular ke manusia. Namun penyakit LSD dapat menimbulkan kerugian besar bagi peternak karena dapat membuat hewan ternak kehilangan berat badan, tidak memiliki nafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, serta keguguran dan kerusakan pada kulit hewan.

Sapi atau ternak yang terserang LSD juga menunjukkan beberapa gejala, yang paling umum adalah demam tinggi dan timbulnya benjolan-benjolan pada kulit ternak. Penyakit yang menyerang sistem kekebalan hewan itu juga bisa ditularkan dari gigitan serangga penghisap darah, kontak langsung antar hewan, penularan dari induk kepada anak di dalam kandungan dan melalui air susu.

Kemudian juga dari jarum suntik yang tidak steril, serta pakan atau air minum yang sudah tercemar ludah dari hewan yang terinfeksi.

“Kebersihan kandang menjadi faktor utama, karena pembawanya bisa dari nyamuk, lalat yang semua suka di tempat lembab, kotor, dan bau,” lanjutnya.

Untuk menekan LSD, semua peternak bisa melakukan pencegahan preventif. Ternak sapi dan kerbau yang sudah positif LSD untuk segera dipisahkan dari ternak yang sehat atau dikarantina.

Penulis : Miyos_Sragen
Editor: WH/DiskominfoJtg

Berita Terkait