“TEAM DRONE” MAMPU TEMBUS TITIK AWAL BENCANA

  • 05 May
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

MAGELANG-Jalan terjal dan berliku, dengan kondisi di kanan kiri jurang tidak menyurutkan team Drone untuk melakukan pemotretan di titik awal lokasi bencana yang berhulu di desa Sambung rejo dan desa Citrosono.  “Team Drone”, terdiri dari BPBD Kabupaten Magelang, Yon Armed 11, KODIM 0705, Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Magelang. Kondisi terberat yang dirasakan oleh team ini adalah kondisi alam yang ada, Cuaca dan Kabut asap, disamping juga curah hujan. Karena itu  selama melakukan pemotretan juga selalu merasa terkejar waktu, karena selama 4 hari selalu diguyur hujan, sehingga jalan menuju lokasi titik awal bencana menjadi sangat licin.

Ada 3 (tiga) pesawat drone yang dioperasikan dalam membantu mencari titik awal bencana, Drone dari Bagian Humas Protokol Setda Kabupaten Magelang bertugas memotret dan memvisualisasikan titik awal bencana, kemudian  2 (dua) Drone yang berasal dari Badan Meteorologi dan Geovisika Yogyakarta, yang bertugas memetakan lokasi bencana.

Team Drone, melakukan tugasnya selama 4 hari, yang dimulai dari tanggal 1-4 Mei 2017. Pasiter. Yon Armed 11, Kapten Sinyo, dalam pemaparanya dihadapan Bupati Magelang dan SKPD yang hadir dalam evaluasi penanganan bencana di AULA Kecamatan Grabag mengatakan bahwa,  ada beberapa titik awal yang berhasil dijangkau dengan pesawat Drone. Rekahan dan longsoran yang cukup besar yang mengarah ke desa Sambungrejo dan desa Citrosono, yang mengakibatkan Banjir Bandang.

“Team Drone sudah berhasil menemukan titik awal rekahan yang cukup besar, dan bukit longsor melebar, sehingga mengakibatkan banjir bandang di sambungrejo dan Citrosono. Bahkan ada banyak titik longsor yang berada di kanan kiri bukit. Semua itu menjadi satu, kemudian turun ke bawah dan menimpa dua desa tersebut.”Tandas Kapten Sinyo.

Ditegaskan pula olehnya bahwa, disana tidak ada pohon yang besar semisal pohon pinus yang ada didaerah puncak. Sehingga dimungkinkan tidak ada yang menghambat laju tanah longsor tersebut. Menurutnya daerah tersebut gundul, tidak karena banyak penebangan dari warga sekitar. Namun dikarenakan memang tidak ada pohon yang berdiri, karena disamping kanan kiri bukit tidak ditemukan bekas penebangan yang dilakukan oleh warga masyarakat. Menurutnya tanah tersebut milik perhutani, memang dikanan kiri jurang banyak tumbuh pohon pinus yang menjulang tinggi. Namun di puncak tidak ada pohon yang tumbuh.

Rekahan yang cukup besar juga ditemukan di Puncak Bukit Ceblok yang berada di Perbukitan Ngrancah, rekahan tersebut sudah turun/longsor dan mengarah ke Desa Citrosono. Masih Banyak titik-titik longsor yang berada di beberapa puncak bukit yang lain, selain Puncak Bukit Ceblok, Puncak Bukit Ngrancah, dan juga Puncak Bukit Mantren, dan Puncak  Bukit Gili.  Semua terlihat titik-titik longsor meski dalam pengamatan kemarin kurang begitu jelas karena terhalang oleh kabut asap  yang menyelimuti pegunungan tersebut.

“Ada banyak titik-titik tanah longsor yang berada di sekitar pegunungan Ngrancah, kami melakukan pemotretan Cuma sampai pukul 11.00 , karena kita takut dengan kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, selain demi keamanan baik untuk jiwa dan juga pesawat agar tidak mengalami kerusakan jika kena hujan, sehingga kita cepat-cepat turun, disamping juga mengingat kondisi perbukitan yang masih labil,” tandasnya. ***) Widodo Anwari

Berita Terkait