Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Tak Melihat Bukan Penghalang Tuna Netra untuk Bisa Membaca Al-Qur’an
- 20 Apr
- yandip prov jateng
- No Comments

TEMANGGUNG – Lantunan indah bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an terdengar dari sebuah masjid di kompleks Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra Penganthi Temanggung. Puluhan orang baik laki-laki maupun perempuan tampak khidmat membaca kitab suci, Senin (19/4/2021).
Namun ada yang berbeda dengan lazimnya orang membaca Al-Qur’an. Seperti terlihat dilakukan oleh Listya (29), salah seorang pembacanya yang duduk bersimpuh di serambi masjid di antara rekan sejawatnya.
Jari-jari tangan kanan wanita asal Banyumas ini, begitu lincah bergerak di atas kertas putih berbintik-bintik. Sama sekali tidak ada coretan huruf Arab warna hitam, seperti Al-Qur’an pada umumnya.
Ternyata Al-Qur’an braille lah yang sedang dibaca penghuni panti khusus untuk penyandang disabilitas netra itu. Ya, sekilas bagi orang normal mungkin begitu tampak sulit membacanya, akan tetapi tidak bagi mereka. Ayat demi ayat mampu dibaca dengan baik oleh mereka.
“Saya baru belajar membaca Al-Qur’an braille mulai awal tahun ini. Beginilah cara kami membaca Al-Qur’an, sebenarnya sih sama saja. Cuma bedanya dengan Al-Qur’an biasa, ini kita harus meraba huruf-hurufnya,”katanya, Senin (19/4/2021).
Hal senada juga dikemukakan Muhammad Zarohyadin (20), rekan Listya sesama penyandang disabilitas tunanetra. Pria asal Kecamatan Wonoboyo Temanggung yang sudah dua tahun menghuni wisma Penganthi ini mengaku butuh waktu sekitar enam bulan untuk bisa lancar membaca Al-Qur’an braille. Al-Qur’an khusus itu sedikit berbeda dengan yang umum, sebab setiap satuannya berisi satu juz, tidak 30 juz. Hal itu untuk memudahkan membaca sekaligus mengingatnya.
Pekerja Sosial Panti Penganthi Sutarmi mengatakan, selama Ramadan, kegiatan para penyandang disabilitas netra atau lazim disebut penerima manfaat, memang dikonsentrasikan pada kegiatan memperdalam ilmu agama Islam dan praktik ibadah.
“Mereka memang rutin kita ajari belajar membaca buruf Arab braille, di Ramadan ini juga meski disabilitas sensorik netra tapi tetap ingin mencari pahala dengan tadarus bersama. Arab braille itu beda dengan huruf Arab pada umumnya, karena bentuknya bintik-bintik dengan cara diraba,” katanya.
Menurut dia, untuk bisa membaca Arab braille diajarkan dulu abjad latinnya misalnya ABCD, baru setelah itu masuk ke huruf hijaiya, seperti alif, ba, ta, tsa. Rata-rata dari nol butuh waktu dua bulan untuk bisa membaca dengan pendampingan.
“Ada guru khusus untuk mengajari membaca Al-Qur’an braille namanya Pak Deden. Di sini ada 100 penerima manfaat mereka berasal dari berbagai wilayah di Jawa Tengah. Sudah 50-an anak yang bisa baca,” katanya.
Ya, beginilah salah satu kegiatan keagamaan pada bulan suci Ramadan bagi kaum difabel ini. Kendati tidak bisa melihat, namun mereka tetap khusuk beribadah.
Penulis : Arya
Editor: WH/DiskominfoJtg