ROWO JOMBOR MULAI DITATA

  • 19 Feb
  • yandip prov jateng
  • No Comments

KLATEN — Penataan Rowo Jombor yang berlokasi di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat memasuki tahap pelaksanaan. Ratusan warga bersama sukarelawan, TNI, polisi, dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)Bengawan Solo membersihkan eceng gondok yang memenuhi Rawa Jombor, Klaten, Minggu (18/02/18). Pembersihan dilakukan menggunakan satu ekskavator serta truk dari BBWSBS. Sementara warga di sekeliling rawa membersihkan secara manual naik getek.

Camat Bayat, Edy Purnomo, mengatakan Institut Teknologi Yogyakarta (ITY) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan kesiapan mereka mengolah eceng gondok tersebut. Warga di sekitar rawa bakal dilatih mengolah tanaman tersebut menjadi beragam bahan bernilai ekonomi.

“Eceng gondok itu ternyata bisa diolah untuk budidaya cacing, pakan ternak khususnya kalkun, sebagai bahan pembuatan makanan burung jalak, serta pupuk organik,” kata Edy saat ditemui wartawan di sela gotong royong.

Ia menjelaskan pembersihan eceng gondok mengawali rencana penataan kawasan rawa. Selama bertahun-tahun, rawa tersebut dimanfaatkan warga untuk usaha kuliner dengan membuka warung apung serta budidaya ikan karamba.

“Langkah awal penataan dengan pembersihan eceng gondok. Kemudian warung apung, pemancingan, dan karamba ditata. Diharapkan Rowo Jombor benar-benar kembali ke fungsi awalnya seperti untuk pengairan dan penahan banjir,” katanya.

Bupati Klaten, Sri Mulyani, menuturkan penataan Rawa Jombor dilakukan bertahap. Sosialisasi untuk mengawali penataan tersebut sudah dilakukan beberapa waktu lalu.

“Harapan saya masyarakat yang memanfaatkan rawa bisa pindah karena itu bukan aset pribadi melainkan aset pemerintah yang digunakan untuk kepentingan masyarakat lebih luas,” katanya.

Sri Mulyani menuturkan sesuai rencana warung apung bakal dipindah ke lahan tanah kas desa. Hanya, Pemkab masih membahas dengan pemerintah desa soal rencana pemindahan tersebut.

Ia tak menampik ada pro dan kontra terkait rencana penataan Rawa Jombor. Lantaran hal itu, pendekatan ke warga terus dilakukan.

“Pasti ada yang mau dengan rela ada pula yang keberatan walau masyarakat itu salah memanfaatkan rawa untuk kepentingan mereka. Namun, itu kan kembali pada urusan perut. Makanya, tetap kami lakukan pendekatan. Kami selesaikan secara kekeluargaan,” ungkapnya.

Berita Terkait