Pekerja Migran Peringati Mayday Dengan Pentas Puisi

  • 05 May
  • yandip prov jateng
  • No Comments

WONOSOBO – Ada yang unik dari peringatan Hari Buruh Sedunia atau Mayday tahun ini. Di tengah pandemi Covid-19, para pekerja migran, purnamigran, dan pemerhati isu-isu perlindungan pekerja migran di berbagai belahan dunia menyelenggarakan pentas pembacaan puisi yang ditunjukkan sebagai bentuk solidaritas kepada para pejuang Covid-19. Pentas dilaksanakan secara daring menggunakan aplikasi zoom.

Sejumlah pihak terlibat dalam pentas ini, di antaranya, Wahyu Susilo dari Migrant Care, Fajar Santoadi dari Malaysia, mantan Menaker Hanif Dhakiri, dosen asal Indonesia yang mengajar di Monash University Australia, Yacinta, Noor Huda di Singapura, dan lain sebagainya.

Dua orang purnamigran dari Wonosobo, yaitu Maria Bo Niok dan Nessa Kartika juga turut dalam pementasan yang melibatkan pekerja Indonesia di berbagai belahan dunia tersebut. Dihubungi melalui panggilan video, Maria menjelaskan pentas puisi ini merupakan wujud solidaritas sesama pekerja migran yang sedang menghadapi wabah Covid-19 dari seluruh dunia.

“Pentas ini mengangkat tema Pentas Puisi Pekerja Migran untuk menghidupkan kembali sastra, serta menyemangati mereka yang berjuang memerangi wabah Covid-19,” ungkap Maria, usai pementasan yang diikuti dari kediamannya, Desa Lipursari, Leksono.

Lebih lanjut Maria menjelaskan, para pekerja migran ini berupaya untuk menggalang dukungan publik pada upaya-upaya memerangi wabah Covid-19. Melalui pentas puisi ini, ia juga berharap, Pemerintah Indonesia senantiasa memberikan perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia dari Covid-19 dan dampak ekonomi yang ditimbulkannya.

“Pekerja Migran Indonesia (PMI), baik yang terjebak di luar negeri, yang sedang dalam proses pemulangan, yang gagal berangkat, maupun yang anggota keluarganya di desa, adalah kelompok yang rentan menerima dampak dari situasi saat ini. Pemerintah harus memberikan perhatian khusus,” tegasnya.

Di tengah situasi yang tidak pasti, pentas puisi ini disebut Maria merupakan salah satu cara sekaligus ajakan bagi seluruh pihak untuk membangkitkan kembali sastra pekerja migran. Dirinya yang juga seorang pegiat sastra ini, mendorong para pekerja migran dapat meningkat literasinya sehingga menghasilkan karya sastra.

“Mendorong kebangkitan ekspresi budaya pekerja migran, sehingga muncul karya-karya dalam bentuk puisi, novel dan esai. Bahkan beberapa di antaranya diterbitkan penerbit umum dan banyak dibaca khalayak ramai,” jelas mantan pekerja migran di Hong Kong tersebut.

Penulis : Danang, Diskominfo Kabupaten Wonosobo
Editor : Rk, Diskominfo Jateng

Berita Terkait