PATRIOTISME DAN JATIDIRI BANGSA SEMAKIN MEMUDAR

  • 24 Mar
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

PURBALINGGA– Nilai-nilai patriotisme dan jatidiri bangsa Indonesia semakin memudar. Masyarakat cenderung mengabaikan nilai-nilai yang terkandung dalam empat pilar kebangsaan yang terdiri dari Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Lunturnya patriotisme dan jatidiri itu berakibat banyaknya kasus korupsi, perpecahan yang berbau SARA (Suku Agama dan Ras), radikalisme, saling membenci antar warga, jual beli jabatan dalam birokrasi dan tindakan negatif lainnya.

            Demikian benang merah yang terungkap dalam seminar yang digelar Dewan Harian Cabang (DHC) Badan Penerus Pembudayaan Kejuangan 45 (BPPK 45) Kabupaten Purbalingga, di Pendopo Dipokusumo, Kamis (23/3). Seminar yang mengambil tema ‘Dengan semangat Nilai-nilai kejuangan 45, kita tegakkan pilar-pilar kebangsaan’ menampilkan nara sumber Ketua Harian DHD BPPK 45 Provinsi Jateng Drs Kristiawan Hadi Susanto, M.Si, Ketua PD Muhamadiyah Purbalingga Ali Sudarmo, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Purbalingga Suroso Abdul Rojak dan Bupati Purbalingga Tasdi, SH, MM sebagai keynote speaker. Seminar diikuti para pelajar, pengurus DHR BPPK se-Purbalingga, pengurus DBC BPPK, ormas kepemudaan, organisasi wanita, legiun veteran dan sejumlah undangan lainnya.

            Kristiawan mengungkapkan keprihatinannya atas sejumlah persoalan yang muncul belakangan ini. Persoalan itu jelas tidak mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam empat pilar kebangsaan. Saat bini ada sekelompok masyarakat yang dengan mudahnya memposting hasutan di media sosial, mencaci maki kelompok masyarakat lain, radikalisme, memecah persatuan dengan isu SARA, dan sejumlah tindakan lainnya yang semakin mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. “Kalau masyarakat kita memahami, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam empat pilar kebangsaan, maka bangsa Indonesia akan hidup damai dan tenteram,” kata Kristiawan.

            Menurut Kristiawan, nilai-nilai kejauangan 45 pada dasarnya meliputi kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara, semangat persatuan dan kesatuan, mengedepankan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi serta cinta tanah air atau patriotisme. Dalam era globalisasi saat ini, lanjut Kristiawan, Pancasila mulai dilupakan dan terkikis oleh nilai-nilai asing. Hal ini ditandai dengan munculnya paham materialisme yang ditandai dengan kasus korupsi yang semakin marak, liberalisme yang ditandai dengan proses demokrasi yang berubah menjadi tindakan anarkis, radikalisme yang menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan fisik serta fundamentalisme yang ditandai dengan sulitnya menerima keberagaman dan hidup bersama dengan orang berbeda keyakinan atau paham.

            “Saat ini bangsa Indonesia adalah bangsa yang tengah kehilangan jati diri. Kita menjadi bangsa yang serakah, materialistis, anarkis, mudah diprovokasi, mudah marah, mudah konflik, mudah membakar bahkan membunuh,” kata Kristiawan.

            Kristiawan mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menghindari semua hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. “Marilah kita hidup bersama dengan suasana rukun, meski dilandasi perbedaan. Ibarat, taman bunga, jika ada bunga berbagai warna, maka akan lebih indah untuk dinikmati,” kata Kristiawan.

            Sementara itu Bupati Purbalingga Tasdi mengajak kepada para pejabat, pelajar dan seluruh lapisan masyarakat untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengamalkan Pancasila tidak harus mengikuti berbagai kegiatan seminar, lokakarya atau diskusi, tetapi mulailah dari diri kita sendiri. Misalnya dengan bekerja keras, bekerja cerdas, dan bekerja ikhlas.

            Tasdi juga mengajak semua kalangan untuk memiliki integritas, dan jujur. “Kalau mau jadi PNS ya jangan nyogok, kalau mau jadi pejabat ya jangan nyogok. Kalau itu dilakukan berarti tidak mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,” katanya.

            Nara sumber lain Ali Sudarmo dan Suroso Abdul Rojak keduanya sepakat untuk ikut mengawal empat pilar kebangsaan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.  Muhamadiyah dan Nahdlatul Ulama sepakat akan terus menyosialisasikan nilai nilai yang terkandung dalam empat pilar kebangsaan itu. (yit/dalp)

 

Berita Terkait