Pathol Sarang, Tradisi Sejak Zaman Majapahit yang Masih Eksis di Rembang

  • 09 Mar
  • yandip prov jateng
  • No Comments

REMBANG – Kabupaten Rembang memiliki beragam tradisi unik, salah satunya kesenian tradisional Pathol dari wilayah pesisir pantai. Agar tradisi tersebut tidak hilang, setiap tahunnya ada gelaran Pathol Sarang.

Pathol Sarang tersebut mirip dengan olahraga gulat atau pertandingan sumo khas negeri matahari terbit. Biasanya, pertandingan tersebut diikuti oleh warga yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan.

Kepala Desa Karangmangu Jumali menyampaikan, Pathol Sarang merupakan bagian dari olahraga tradisional. Untuk melestarikannya, setiap tahun Pathol Sarang selalu digelar saat momentum sedekah laut.

“Dari desa maupun kecamatan selalu menyelenggarakan dengan marak seperti saat ini,” jelasnya, pada pagelaran Pathol Sarang, di Desa Karangmangu, Rabu (8/3/2023).

Para jawara, lanjut dia, berasal dari berbagai desa di Sarang, bahkan ada yang dari luar kecamatan, hingga kabupaten sebelah. Mereka adu kekuatan saling menjatuhkan di atas arena berukuran 10×10 meter, beralaskan pasir.

“Alhamdulillah untuk yang sudah berjalan ini, ada yang dari Jombang, Jawa Timur, ada yang dari Pati, Jawa Tengah, ada yang dari Tuban. Intinya, sejak dari dulu, itu semua yang ada di daerah pesisir, maupun yang dari jauh hingga yang dekat, semua tahu dan ingin menikmatinya,” bebernya.

Disampaikan, pihaknya selalu menganggarkan setiap tahunnya, untuk eksistensi pagelaran Pathol Sarang.

“Pemerintah Desa Karangmangu setiap tahun menganggarkan untuk warisan budaya ini, agar terus dilestarikan,” imbuhnya.

Ketua Panitia Pathol Sarang, Yanto mengungkapkan, Pathol Sarang dahulunya digunakan untuk mencari prajurit pada zaman kerajaan Majapahit. Karena Rembang terkenal dengan daerah pesisirnya, maka mayoritas peserta Pathol diikuti oleh para nelayan.

“Pathol itu untuk mencari prajurit. Lalu lama kelamaan, saat penjajahan itu digunakan untuk adu domba, dari daerah satu dengan daerah lain dijadikan satu untuk diadu. Kemudian pada saat merdeka, itu digunakan untuk ajang perjudian,” imbuhnya.

Peserta Pathol Sarang, Khoirul Amin, mengaku sudah sejak kecil dirinya mengikuti pertandingan Pathol Sarang.

“Ini untuk menjalankan tradisi turun temurun sejak zaman nenek moyang kita, sudah ada Pathol. Jadi jangan sampai kita memusnahkanlah istilahnya,” tandasnya.

Penulis: Mifta, Kominfo Rembang
Editor: Di/Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait