Pantang Mencicip Saat Memasak Makanan untuk Tadisi Sadranan

  • 17 Feb
  • yandip prov jateng
  • No Comments

KABUPATEN SEMARANG – Ratusan orang warga, baik tua dan muda, nampak duduk bersama di areal Makam Dusun Banyuurip, Desa Delik, Tuntang, Jumat (17/2/2023). Dengan membawa ambeng, yang berisi nasi dan aneka lauk pauk, mereka datang beramai-ramai untuk mengikuti tradisi Sadranan.

Tokoh masyarakat setempat Teguh Santoso menyampaikan, tradisi Sadranan tersebut sudah turun temurun. Pelaksanaannya, setiap Jumat Wage di bulan Rajab. Setiap kepala keluarga secara ikhlas membawa ambeng berisi nasi dan aneka lauk, termasuk satu Ingkung ayam.

“Ada pantangan, saat memasak makanan yang akan dibawa Sadranan, tidak boleh dicicipi,” terangnya.

Disampaikan, jika dia tidak tahu apa alasan pantangan itu. Namun, banyak warga yang masih mentaati aturan itu.

Setelah warga berkumpul, lanjutnya, dibacakan doa bersama oleh tokoh agama setempat. Setelah itu, warga makan bersama di area makam. Adapula yang membawa pulang ambengannya untuk dimakan di rumah.

Teguh menambahkan, pada acara Sadranan inilah, banyak warga yang merantau ke luar daerah kembali ke Dusun Banyuurip. Bahkan, suasana dusun lebih ramai dibandingkan saat Lebaran. Warga Banyuurip memang melestarikan tradisi ini untuk menjaga silaturahmi.

Bupati Semarang melalui Camat Tuntang Budi Rahardjo, mengajak warga untuk terus menjaga kerukunan. Perbedaan agama di antara warga, tidak menjadi alasan untuk tidak menjalin silaturahmi.

Penulis: Junaedi, Diskominfo Kab Semarang
Editor: Di, Diskominfo Jateng

Berita Terkait