PANCASILA HARGA MATI

  • 12 Jun
  • dev_yandip prov jateng
  • No Comments

MUNGKID-Penetapan tanggal 1 Juni 2017 sebagai Hari Lahir Pancasila.  Para pendahulu bangsa ini (The Founding Fathers), seperti Presiden RI pertama Ir. Soekarno memahami konsep kebhinekaan dan perbedaan dapat menjadi faktor pemecah jika tidak diikat dalam satu kesatuan Bangsa Indonesia. Pancasila yang menjadi ideologi bangsa dikhawatirkan terkikis oleh demokrasi liberal. Ini yang perlu kita perhatikan oleh kita semua. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila harus tetap diajarkan pada sekolah-sekolah di Tanah Air dan ditanamkan pada anak bangsa sejak dini.

“Penetapan tanggal 1 Juni 2017 sebagai Hari Lahir Pancasila.  Para pendahulu bangsa ini (The Founding Fathers), seperti Presiden RI pertama Ir. Soekarno memahami konsep kebhinekaan dan perbedaan dapat menjadi faktor pemecah jika tidak diikat dalam satu kesatuan Bangsa Indonesia. Pancasila yang menjadi ideologi bangsa dikhawatirkan terkikis oleh demokrasi liberal. Ini yang perlu kita perhatikan oleh kita semua. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila harus tetap diajarkan pada sekolah-sekolah di Tanah Air dan ditanamkan pada anak bangsa sejak dini.” Tandas Bupati Magelang dalam sambutannya saat melakukan Tarawih dan Silaturahmi,  di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. (9/6)

Adalah jiwa besar para founding fathers, para ulama, dan pejuang kemerdekaan dari seluruh pelosok Nusantara sehingga kita bisa membangun kesepakatan bangsa yang mempersatukan kita,” Zaenal Arifin, SIP  melanjutkan.

Bupati  mengingatkan bahwa kodrat bangsa Indonesia adalah keberagaman dari Sabang sampai Merauke. Berbagai etnis, bahasa, adat istiadat, agama, kepercayaan dan golongan bersatu padu membentuk Indonesia. “Itulah kebhinneka tunggal ika-an kita,” kata dia.

Namun, Zaenal Arifin  melanjutkan, kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini sedang mengalami tantangan dan mengalami ujian. Saat ini ada pandangan dan tindakan yang mengancam kebinekaan.

“Saat ini ada sikap tidak toleran yang mengusung ideologi selain Pancasila. Masalah ini semakin mencemaskan, tatkala diperparah oleh penyalahgunaan media sosial yang banyak menggaungkan hoax alias kabar bohong,” ujar dia.

Bangsa Indonesia perlu belajar dari pengalaman buruk negara lain yang dihantui radikalisme, konflik sosial, terorisme, dan perang saudara. Namun, dengan Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia bisa terhindar dari masalah tersebut.

“Kita bisa hidup rukun dan bergotong-royong untuk memajukan negeri. Dengan Pancasila, Indonesia adalah harapan dan rujukan masyarakat internasional untuk membangun dunia yang damai, adil, dan makmur di tengah kemajemukan,” ujar dia.

Oleh karena itu, Zaenal Arifin, SIP mengajak peran aktif para ulama, ustaz, tokoh masyarakat, pendidik, dan seluruh komponen masyarakat untuk menjaga Pancasila. Pemahaman dan pengamalan Pancasila dalam bermasyarakat, berbangsa, bernegara harus terus ditingkatkan. ***) Widodo Anwari Humas dan Protokol Setda Kabupaten Magelang.

Berita Terkait