Pahami Kebutuhan Belajar Anak di Tengah Pandemi

  • 17 Sep
  • yandip prov jateng
  • No Comments

KOTA PEKALONGAN – Setiap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki potensi yang bisa digali. Karenanya, program pembelajaran individu harus difokuskan dengan melihat potensi setiap anak.

Kepala Seksi Kurikulum dan Kelembagaan PAUD, Sherly Imanda Hidayah, menyatakan, setiap anak memiliki silabus masing-masing. Penanganan setiap ABK yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) tentunya berbeda dengan sekolah inklusi. Kondisi tersebut harus dipahami oleh setiap guru.

Menurutnya, di tengah pandemi Covid-19, mendidik ABK dinilai tak mudah karena guru tidak terlibat langsung untuk menstimulasi ABK. Guna mengatasi masalah tersebut, Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Pekalongan menyelenggarakan Workshop Pengenalan ABK dan Cara Belajar di Aula Dindik, Senin (14/9/2020).

“Melalui workshop ini kami berharap kualitas sekolah inklusi dan sekolah yang menangani ABK (memiliki) mutu dan kualitasnya (yang) lebih baik lagi,” jelasnya.

Sherly juga berpesan agar para orang tua mendukung tumbuh kembang ABK. Pihaknya mengingatkan agar orang tua menerima ABK dengan baik sehingga dapat meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri ABK. Selain itu, masyarakat tak boleh memandang ABK sebelah mata. Berbagai potensinya harus diintervensi dan diasah secara maksimal.

Komunikasi Efektif

Sehari kemudian, giliran para tenaga pengajar tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) alias Bunda PAUD menjalani pelatihan Public Speaking, yakni berkomunikasi di hadapan publik. Para Bunda PAUD dilatih agar bisa berbicara di depan banyak orang dengan baik dan efektif, sehingga maksud dan tujuan pesannya tersampaikan.
Kepala Seksi Peserta Didik Dan Pembangunan Karakter PAUD-PNF, Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Siti Zahroh menyampaikan, pelatihan tersebut diharapkan bisa menjadi sarana belajar bagi para Bunda PAUD Kelurahan dan Kecamatan se-Kota Pekalongan.

“Workshop ini akan meningkatkan kemampuan Bunda PAUD ketika berbicara di depan umum sehingga pendampingan PAUD bersama IGTI dan Himpaudi dapat berjalan lancar,” terang Zahroh.

Lebih lanjut, setiap Bunda PAUD harus memahami kondisi warga di sekitarnya. Mereka juga diminta untuk meningkatkan frekuensi kegiatan PAUD di daerahnya masing-masing.

“Bunda PAUD juga harus memahami kondisi masyarakatnya. Anak usia 0-6 tahun minimal harus belajar satu tahun sebelum masuk Sekolah Dasar (SD),” ujar Zahroh.

Terkait adanya 50 orang anak putus sekolah (APS) di Kota Pekalongan, menurut Zahroh, para Bunda PAUD diharapkan dapat mendorong mereka kembali ke sekolah, baik sekolah formal, maupun informal di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terdekat.

“Jika ada anak putus sekolah Bunda PAUD juga harus melakukan pendekatan ke keluarga tersebut. Jadi memang komunikasi itu penting, harapannya agar Bunda PAUD bisa lancar berbicara di depan umum serta mendorong di wilayahnya untuk peduli pendidikan,” pungkas Zahroh.

Penulis: Tim Komunikasi Publik Dinkominfo Kota Pekalongan
Editor: Tn/Diskominfo Jateng

Berita Terkait